Dengan karakter kepahlawanan di atas, bangsa Indonesia percaya, bahwa pandemi yang terjadi telah memaksa perubahan agenda dan strategi menjelang Pemilu 2024. Pandemi telah menyadarkan pentingnya solidaritas dan gotong royong. Di sinilah perasaan senasib sepenanggungan kembali mengemuka. Di tengah kesulitan, justru diyakini alan muncul para pahlawan yang membangun harapan, sebagaimana oleh R.A. Kartini meyakini bahwa habis gelap terbitlah terang. Spirit atas dasar keyakinan inilah yang membuat Kartini menjadi pelopor yang pemikirannya melintasi jaman. Dalam keseluruhan perjuangan dan kepeloporan para pahlawan itulah kita meneladani apa yang dimaksud dengan jiwa kepahlawanan.
Dengan demikian, kembali berbagai pertanyaan di atas, jawabannya ternyata sederhana yakni bahwa semuanya terletak pada pentingnya keyakinan, semangat nasional yang menyala-nyala, gotong royong sesama anak bangsa, dan justru di tengah pandemi ini, bagaimana memunculkan jiwa kepahlawanan. Jiwa kepahlawanan inilah yang seharusnya mendorong para politisi dan pemegang kekuasaan untuk tidak asyik berdansa dengan kekuasaan. Jiwa kepahlawanan inilah yang mendorong semangat “Ambeg Paramartha”. Artinya, mendahulukan yang lebih penting bagi rakyat.
Dengan jiwa kepahlawanan itu, maka bagi para politisi, ukurannya kini bukan pada aspek popularitas atas pencitraan, tetapi pada kepeloporannya di dalam mengatasi pandemi Covid-19. Dalam suka dukanya bersama rakyat itulah, akan tampil wajah politik yang sebenarnya: berjuang bagi keselamatan rakyat, bangsa dan negara. Sebab Jiwa Kepahlawanan seharusnya tumbuh di negeri yang berjiwa Pancasila. (*)