Oleh Hasto Krisyanto
DI tengah berbagai persoalan di lapangan akibat kelangkaan oksigen, meningkatnya jumlah penderita Covid-19 di luar Jawa dan perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) hingga 2 Agustus 2021, publik dikejutkan oleh donasi sebesar 2 Triliun Rupiah dari keluarga Akidi Tio di Sumatra Selatan.
Keterkejutan publik terutama karena jumlah donasi yang begitu besar dan dilakukan oleh keluarga pengusaha yang namanya relatif tidak terdengar di tingkat nasional.
Apa yang dilakukan oleh Keluarga Akidi Tio semakin menambah harapan bahwa solidaritas, bela rasa dan gotong royong akibat pandemi, telah mendorong kerja gotong royong seluruh elemen bangsa.
Di sini gotong royong dimaknakan dalam bentuk yang kuat membantu yang lemah. Namun dalam esensinya, gotong royong lebih tepat digambarkan dalam peribahasa “kuat sama dipikul, ringan sama dijinjing”.
Gotong royong adalah kerja bersama yang bersifat dinamis. Ada kesadaran terhadap kepentingan
bersama yang lebih besar daripada kepentingan pribadi atau golongan.
Jadi, gotong royong didorong oleh kepentingan bersama, yang di dalam level berbangsa dan bernegara bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan menjaga kepentingan bersama, baik dalam kaitannya dengan tata kehidupan bermasyarakat, maupun dalam upaya menjaga keamanan masyarakat secara bersama-sama.
Di dalam gotong royong terkandung nilai kolektivitas, bahkan kesediaan untuk berkorban dengan
memberikan tenaga, pikiran, harta benda, selain itu juga memberikan semangat bagi terlaksananya kepentingan bersama dengan cara saling memberi.
Dalam perspektif ideologis, gotong royong ini lahir dari buah pemahaman terhadap nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Kebangsaan bagi Persatuan indonesia, Musyawarah, dan berorientasi bagi terwujudnya Keadilan sosial dalam seluruh aspek kehidupan.
Gotong royong juga menjadi kesadaran kolektif, kesadaran kultural dalam kehidupan berbangsa dan terbukti ampuh di dalam memghadapi berbagai krisis.
Krisis apapun ketika semangat gotong royong muncul, semuanya menjadi lebih ringan. Karena itulah tidak berlebihan bahwa gotong royong oleh bung Karno dikatakan sebagai saripati ideologi Pancasila.