ADVERTISEMENT

Singa Atlas Cetak Sejarah, Bawa Tim Benua Afrika Pertama ke Semifinal Piala Dunia

Minggu, 11 Desember 2022 10:00 WIB

Share
Youssef En Nesyri
Youssef En Nesyri

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

QATAR, POSKOTA.CO.ID - Tim nasional sepak bola Maroko berhasil menorehkan sejarah.

Mereka mengukir prestasi bagi benua Afrika sekaligus dunia Arab dalam perhelatan Piala Dunia.

Tim berjuluk “Singa Atlas” itu sanggup melangkah ke babak semifinal usai menundukkan Portugal yang diperkuat Cristiano Ronaldo dengan skor 1 - 0. Gol tunggal Maroko dicetak Youssef En Nesyri pada menit ke-42.

Belum pernah ada tim dari Benua Afrika yang mencapai semifinal Piala Dunia. Kamerun pada 1990, Senegal pada 2002 dan Ghana pada 2010 gagal melewati babak delapan besar. Demikian dikutip dari BBC pada Sabtu (10/12/2022).

Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Maroko Moncef Belkhayat mengatakan 40 juta orang Maroko berada di belakang Achraf Hakimi dan rekan-rekannya.

Pencapaian Maroko

Tim nasional negara tersebut pernah menundukkan Portugal pada Piala Dunia 1986 untuk menjadi tim Afrika pertama yang mencapai putaran kedua.

Maroko juga menjadi tim pertama dari wilayah Afrika Utara yang memenangkan satu poin di Piala Dunia 1970 dan menjadi yang pertama memuncaki grup pada Piala Dunia 1986 lalu lolos ke-16 besar.

Di putaran final Piala Dunia 2022 Qatar, Maroko lolos ke babak 16 besar dengan bermain imbang melawan runner up 2018 Kroasia, menang atas Belgia, serta Kanada di Grup F.

Sebelum pekan ini, satu-satunya kekalahan Maroko pada laga knock out Piala Dunia adalah kekalahan tipis dari Jerman Barat tahun 1986.

Maroko mencatat sejarah baru pasca kegagalan yang hampir empat dasawarsa dengan kemenangan sensasional atas Spanyol melalui adu penalti.

"Kami memecahkan langit-langit kaca dan sekarang langit adalah batasnya," kata penulis koran Maroko Le Matin Amine El Amri.

"Seseorang harus memiliki kerendahan hati tetapi juga ambisi. Mengapa tidak bermimpi memenangkan Piala Dunia? Itu mungkin tidak terjadi hari ini, atau dalam empat tahun, atau dalam 12 tahun. Tetapi itu mungkin saja terjadi."

Maroko tampil mengesankan di Qatar dengan pertahanan baja. Mereka hanya kebobolan satu kali dalam empat pertandingan. Gelandang Sofyan Amrabat menarik perhatian dengan kemampuan berlari dan tekelnya yang tiada henti.

"Kami selalu bisa memainkan sepak bola yang indah. Tetapi saya pikir di Piala Dunia ini sangat mengesankan bagi saya bagaimana para pemain bertarung satu sama lain," ucap mantan gelandang Maroko Rachid Azzouzi.

"Tidak ada yang menempatkan ego di atas tim dan mereka saling mengorbankan diri. Ini adalah keterampilan yang anda butuhkan di Piala Dunia."

Kiprah “Kepala Alpukat”

Kesuksesan Maroko tak lepas dari peran tangan dingin pelatih mereka yang baru diangkat pada Agustus lalu, Walid Reragui.

Dia melakoni pertandingan pertamanya tiga bulan lalu.

Walid Reragui masuk menggantikan Vahid Halilhodzic yang membangun struktur tim menjadi solid. Tetapi Vahid Halilhodzic dipecat oleh Federasi Sepak Bola Maroko tiga bulan sebelum Piala Dunia karena diduga bersitegang dengan pemain kunci.

Sebelum menjadi juru taktik timnas, Walid Reragui mengantarkan klub sepak bola Wydad Casablanca meraih gelar juara Liga Maroko dan Liga Champions Afrika awal tahun ini.

Meskipun penunjukan pria berusia 47 tahun itu sangat populer, beberapa penggemar klub saingan dan pakar mempertanyakan kredibilitasnya. Mereka melabeli Walid Reragui dengan “kepala alpukat” karena kepalanya yang botak.

Kritik menguap selama perjalanan di Qatar. Kebotakannya menjadi pertanda keberuntungan. Sejumlah pemain mengusap kepalanya sebelum pertandingan. Hal ini mirip dengan Laurent Blanc mengusap kepala kiper Fabien Barthez dalam kesuksesan tim nasional Prancis pada 1998.

Hubungan dekat dengan cepat dipupuk antara pelatih dan skuad telah terbukti. Para pemain Maroko melemparkan Walid Reragui ke udara setelah mereka lolos ke babak 16 besar dan mengalahkan Spanyol.

"Kami berhasil menciptakan sebuah keluarga dan kami merasa ada seluruh elemen negara di belakang kami," tutur Walid Reragui.

"Kami memiliki Afrika dan Arab di belakang kami. Itu penting. Tetapi kami bermain lebih dulu untuk Maroko."

Keluarga pemain tetap dekat dengan skuad Maroko di Qatar. Bahkan foto bek kanan Achraf Hakimi mencium ibunya setelah mengalahkan Spanyol menjadi viral.

Pernah bermain di Piala Dunia 1994 dan 1998 dan tampil sebanyak 37 kali bersama tim nasional, mantan pemain Rachid Azzouzi terkesan dengan semangat yang diciptakan Walid Reragui dalam waktu singkat.

"Saya pikir pelatih telah berhasil membentuk unit ini dan itu adalah pencapaian terbesarnya," kata pelatih berusia 51 tahun itu.

"Dia dekat dengan para pemain dan saya pikir setiap pemain menghormati dia dan ingin mengikuti rencananya."

Jika Maroko mengalahkan Portugal maka adegan Piala Dunia 1986 akan terulang tetapi pada level yang lebih tinggi.

"Saya yakin akan ada pesta besar di seluruh Maroko dan dunia," ungkap staf penulis di Maroko World News yang berbasis di Rabat, Safaa Kasraoui.

Maroko sebenarnya telah mengajukan diri menjadi tuan rumah turnamen Piala Dunia pada 2026. Namun negara tersebut dikalahkan tawaran gabungan dari Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko.

Sekarang ada tujuan untuk kembali mengajukan diri menjadi tuan rumah pada 2030 atau 2034.

Di balik itu ada harapan bahwa trofi akan diboyong tim Afrika pada akhir 2022. ***

ADVERTISEMENT

Reporter: Ignatius Dwiana
Editor: Ignatius Dwiana
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT