ADVERTISEMENT

Sepak Bola di Timur Tengah: Neoliberalisme dan Revolusi

Minggu, 4 Desember 2022 10:00 WIB

Share
Karim Ziani dari Aljazair dan Ahmed Fathy dari Mesir berebut bola pada pertandingan kualifikasi Piala Dunia pada 14 November 2009.
Karim Ziani dari Aljazair dan Ahmed Fathy dari Mesir berebut bola pada pertandingan kualifikasi Piala Dunia pada 14 November 2009.

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

TIMUR TENGAH, POSKOTA.CO.ID - Sepak bola memiliki tempat khusus di negara dan masyarakat di Timur Tengah.

Bahkan cabang olahraga ini menjadi kekuatan budaya paling mempersatukan.

Sepak bola menyatukan seperti keluarga saat mereka memberikan dukungan kepada klub dari satu generasi ke generasi berikutnya. Olahraga ini membuat kota-kota berdaya penuh untuk merayakan kemenangan tim lokal mereka. Ini memobilisasi seluruh negara di bawah lambang negara mereka di panggung sepak bola terbesar Piala Dunia FIFA.

Demikian dikutip dari buku “Sepak Bola di Timur Tengah” dengan editor Abdullah Al Arian seperti yang dipublikasikan Middle East Eye.

Penggemar sepak bola juga terhubung sepanjang revolusi rakyat. Sementara para penguasa otoritarian mengandalkannya untuk meningkatkan dukungan bagi rezim mereka.

Sepak bola telah digunakan dalam hubungan dengan negara baik pada saat kerja sama maupun konflik. Seperti yang ditunjukkan sketsa singkat di bawah ini, kisah sepak bola di Timur Tengah tidak dapat dipisahkan dari pengalaman kawasan yang lebih luas dan nasib rakyat.

PencapaianIrak

Melawan segala rintangan, tim sepak bola nasional Irak mengalahkan Australia dan Korea Selatan untuk mencapai final Piala Asia 2007 di mana dia menghadapi favorit abadi dan pemenang tiga kali turnamen, Arab Saudi.

Bahkan di bawah kondisi ideal, mencapai final untuk pertama kalinya menjadi prestasi yang mengesankan bagi Irak. Tetapi saat itu pada sisi tanpa negara melawan tim nasional yang paling didanai dengan baik di dunia.

Invasi Irak pada 2003 oleh Amerika Serikat dengan lebih dari satu dekade sanksi ekonomi yang melemahkan membuat tim nasional Irak menghadapi kondisi berbahaya yang melemahkan ambisi sepak bola yang mungkin dimiliki negara tersebut.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT