ADVERTISEMENT

Kisah Klub Rahasia Sepak Bola Iran Yang Membangkang

Sabtu, 3 Desember 2022 07:00 WIB

Share
Lukisan kuku pada fans perempuan Iran bertuliskan “Perempuan - Hidup - Kemerdekaan” dalam bahasa Persia untuk menyemangati protes yang berlangsung.
Lukisan kuku pada fans perempuan Iran bertuliskan “Perempuan - Hidup - Kemerdekaan” dalam bahasa Persia untuk menyemangati protes yang berlangsung.

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

QATAR, POSKOTA.CO.ID - Tim nasional Iran dirasakan tidak cukup mendukung gerakan protes anti pemerintah.

Sementara rezim Iran dinilai telah membunuh ratusan orang.

Sikap tim sepak bola Iran tersebut membuat kecewa banyak fans Iran sehingga memboikot Piala Dunia.

Seperti sebuah grup pendukung sepak bola yang berada di luar Iran ini, mereka memutuskan pergi ke Doha, dan menjaga semangat protes dari dalam stadion.

"Saya senang saya di sini dan saya melakukan ini karena saya bisa melihat ketakutan di mata mereka," ucap Tara, perempuan muda Iran sekaligus pemuja sepak bola.

Dia menyebutkan stadion Piala Dunia dipadati pendukung pemerintah saat tim nasional Iran berlaga. Demikian dikutip dari BBC.

Tara bukanlah nama sebenarnya. Setiap orang dari “klub rahasia” ini baru bersedia diwawancara ketika identitasnya disamarkan.

Amir pergi ke Doha dengan pasangannya Rana.

"Saya pikir inilah yang diinginkan pemerintah agar kami tidak datang ke sini. Dengan demikian, mereka bisa menempatkan orang-orangnya sendiri di stadion," katanya.

"Ini semestinya menjadi bulan madu kami," ungkap Rana.

Tetapi menghadiri laga-laga Piala Dunia di Doha telah menimbulkan emosi yang bertentangan pada dirinya.

"Saya benar-benar merasa seperti sedang berduka. Kakak dan adik saya meninggal. Meskipun saya senang berada di sini dan saya menikmati pertandingannya tetapi saya tidak ahagia,” katanya.

Posisi Tim Nasional Iran

Iran telah diguncang protes anti pemerintah sejak September pasca perempuan berusia 22 tahun, Mahsa Amini, tewas saat berada dalam penahanan polisi.

Orang-orang bingung dengan posisi tim nasional Iran. Mereka bersama dengan pengunjuk rasa atau pemerintah?

Timnas Iran, dijuluki Tim Melli, bertemu dengan Presiden Ebrahim Raisi sesaat sebelum berangkat ke Doha.

Foto pertemuan tersebut menyebar di platform media sosial sehingga memicu kritik dari kelompok oposisi atas timnas Iran dan mereka menyerukan boikot.

"Tim Melli untuk rakyat. Rakyat yang tidak punya suara," kata Tara. "Tim Melli merupakan satu-satunya yang bisa menyatukan kami... dan pemerintah telah mengubah Tim Melli bertentangan dengan kami."

Setiap orang gelisah di awal pertandingan pertama.

"Saya ingin Iran menang tetapi saya juga merasa itu tidak benar," kata Rana.

Tetapi dia melihat orang menggunakan kaos dan cat kuku bertuliskan “Perempuan - Hidup – Kemerdekaan” dalam bahasa Persia dan Inggris untuk memberikan semangat kepada para pengunjuk rasa.

"Ini bisa dibilang seperti klub rahasia. Tetapi juga bukan," kata Rana. "Kami saling menyemangati."

Timnas Iran menolak menyanyikan lagu kebangsaan pada awal pertandingan.

Tetapi pendukung sepak bola anti pemerintah membuat suara mereka terdengar.

Mereka meneriakkan "Ali Karimi" pada menit ke kedelapan dan ke-88 pada pertandingan merujuk pada mantan pesepakbola yang menjadi salah satu pengkritik pemerintah Iran.

"Ada orang-orang yang mencemooh lagu kebangsaan," kata Rana. "Ada orang-orang yang tidak bertepuk tangan ketika nama-nama pemain dipanggil."

Pertandingan Kedua Yang Menegangkan

Tetapi suasananya sangat berbeda pada pertandingan kedua timnas Iran.

Ketiganya berhasil menyelinap dengan sejumlah material unjuk rasa meskipun pemeriksaan keamanan ketat.

"Itu sangat menakutkan," kata Tara. "Anda terasa berada di bawah ancaman."

Rana, Tara, dan Amir mengatakan bahwa lebih banyak pendukung pemerintah dalam pertandingan ini.

"Begitu kami mulai meneriakkan slogan-slogan protes, pendukung dari baris di sebelah akan mulai mengatakan orang Iran terhormat, orang Iran bangga," kata Tara. "Itu adalah salah satu nyanyian yang mereka gunakan untuk membungkam kami."

Mereka mengatakan melihat orang-orang di dalam stadion memberi isyarat kepada petugas keamanan dan meminta mereka mencopot material unjuk rasa dari sejumlah pendukung.

"Mereka takut kepada orang mengambil sikap untuk “Perempuan - Hidup – Kemerdekaan” karena begitu mereka mendengar slogan itu, mereka mulai tegang," kata Tara.

Saya bertanya bagaimana perasaan mereka ketika timnas Iran mencetak gol pertama saat melawan timnas Wales.

"Kami tidak banyak bersorak. Saya bersama tiga teman saling berpelukan. Kemudian kami menangis," kata Tara.

Kewajiban Meskipun Berisiko

Qatar memiliki hubungan diplomatik yang baik dengan Iran selama bertahun-tahun.

Iran pada 2017 menjadi salah satu dari sedikit negara kawasan yang mendukung Qatar saat Arab Saudi dan Uni Emirat Arab memimpin blokade terhadap negara Teluk tersebut.

Pendukung sepak bola dari Iran yang beroposisi dengan pemerintah merasa tidak merasa aman dalam mengungkapkan suara mereka di Qatar karena hubungan dekat kedua negara tersebut.

"Saya tidak merasa aman di sini," kata Tara. "Terasa seperti berada di cabang Republik Islam Iran.”

Namun Tara, Rana dan Amir tetap hadir pada pertandingan ketiga timnas Iran. Tindakan tersebut adalah kewajiban bagi mereka meskipun berisiko. ***

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT