JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Pegiat media sosial, Denny Siregar mengaku sempat satu kali bertemu dengan seorang Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) dalam sebuah kesempatan.
Pada saat itu, Denny Siregar mengatakan bahwa Jokowi bercerita tentang banyak hal dengan dirinya.
Salah satu topik pembicaraan yang berlangsung antara Denny Siregar dan Jokowi adalah tentang aksi demo besar-besaran 212 yang terjadi di Jakarta beberapa tahun yang lalu.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Denny Siregar saat diundang menjadi bintang tamu di Podcast Deddy Corbuzier pada Senin (11/10/2021).
Presiden Jokowi disebutkannya bukan bercerita tentang siapa yang salah dan siapa yang harus didukung, tetapi lebih kepada dana yang dikeluarkan pemerintah untuk mengawasi berlangsungnya aksi demo tersebut.
“Dia certain gini, kamu tau enggak berapa dana yang dikeluarkan pemerintah hanya untuk memberikan pengamanan supaya demo itu tidak menjadi rusuh?,” ucap Denny Siregar.
Kemudian dia menjawab: “Rp100 milliar sehari,”.
Dalam momen itu, Jokowi juga dikatakan telah kecewa karena seharusnya dengan dana sebesar bisa dibuat proyek pembangunan puskesmas dan dipedalaman.
“Dan ini terbuang sia-sia hanya untuk sesuatu yang enggak ada gunanya. Terus lo gimana menanggapi orang yang berfikir sesuatu itu buat yang lebih besar?,” tuturnya.
Deddy Corbuzier kali ini menanggapi argument Denny Siregar karena untuk sebagian orang tertentu demo diperlukan untuk menuntaskan kasus penistaan agama.
Denny Siregar menjawab bahwa langkah yang dilakukan pemerintahan Jokowi sudah benar pada saat itu karena daripada didiamkan bisa memperbesar masalah.
Bahkan Denny Siregar juga membandingkan kebijakan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan juga pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).
Menurutnya, di masa pemerintahan SBY sejumlah kelompok radikalisme justru dipelihara oleh negara.
“Bukan dipelihara secara sengaja mungkin ya, mungkin juga tidak sengaja hanya karena supaya tidak ingin ada kerusuhan, tidak ingin ada keributan,” paparnya.
Padahal, lanjut Denny Siregar lagi pada saat itu kelompok radikalis sudah mulai semakin memperluas diri dan masuk ke pesantren hingga sekolah-sekolah.
“Bahkan tahun 2013 bayangin, HTI itu bisa menguasai televisi Republik Indonesia dan berbicara tentang khilafan dan menentang pemerintah Indonesia. Kan gila!,” imbuhnya.
Denny Siregar juga meyakini kalau sebenarnya kelompok radikalisme bisa saja menang dan menguasai Indonesia apabila tidak dihadang.
“Lo enggak lihat perubahannya mas ded? Tahun 2012 itu orang-orang begitu bangganya sama ISIS tau enggak, mereka latiham dan mereka pamer,” imbuhnya.
Namun seketika pembicaraannya dipotong oleh Deddy Corbuzier yang mengaku di tahun 2012 sangat menjijikan saat melihat adanya kelompok ISIS.
“Mereka bangga, buat mereka adalah itu perjuangan Islam, buat mereka ISIS itu adalah pemimpin mereka bahwa inilah saatnya kerajaan Islam dipimpin oleh ISIS, kan gila!,” pungkasnya.
“Dan mereka dengan bangganya latihan-latihan perang di jalan diliput oleh televisi, mereka membangun propaganda-propaganda. Itu di Indonesia mas Ded!.
“Lo mungkin berfikir berbeda dengan mereka, buat mereka itu agama kan segalanya ya kan, ada orang-orang yang ingin menjadikan Indonesia ini negara agama kan begitu,” ucapnya lebih lanjut. (cr03)