MIR

Internasional

Kesulitan Urusan Perbankan dan Keuangan Dialami Warga Rusia Akibat Sanksi Barat

Rabu 22 Feb 2023, 08:00 WIB

POSKOTA.CO.ID - Sektor keuangan Rusia terpukul akibat sanksi Barat atas negara tersebut.

Laba semua bank dipangkas dan banyak bank internasional di Rusia terganggu operasionalnya.

Namun seberapa besar sanksi itu bagi kebanyakan orang Rusia pasca satu tahun Moskow mengirim pasukannya ke Ukraina?

Bagi sebagian besar warga yang banknya memberi pinjaman ritel besar dalam mata uang rubel, seperti Sberbank, jawabannya adalah, “Tidak banyak.”

"Bagi saya sama sekali tidak ada yang berubah," ucap Vyacheslav Fatikhovich, seorang sopir taksi di Kota Yekaterinburg Ural seperti dikutip dari Reuters pada Sabtu (18/02/2023).

"Satu-satunya hal yang terjadi adalah pelanggan lebih sedikit menggunakan kartu untuk membayar dan lebih sering membayar dengan uang tunai," lanjutnya.

Otoritas moneter Rusia berhasil mencegah terjadinya penarikan uang besar-besaran di bank-banknya dengan mengontrol modal, dan menggelontorkan pasokan mata uang rubel. Antrean panjang di anjungan tunai mandiri (ATM) selama awal musim semi untuk mendapatkan uang tunai sekarang sudah menjadi masa lalu.

Namun hal tersebut tidak berlaku bagi warga Rusia yang bepergian ke luar negeri dan ingin memindahkan uang ke bank internasional atau memegang mata uang asing atau efek. Hidup mereka menjadi lebih rumit setelah bank-bank besar Rusia secara efektif dicoret dari jaringan pembayaran global SWIFT.

Valas Menguap

Mereka yang memiliki rekening mata uang asing hanya diizinkan menarik $ 10 ribu jika uang itu masuk ke rekening mereka sebelum pembatasan diberlakukan pada 9 Maret. Mereka yang menyetorkan mata uang kuat setelah batas waktu yang ditentukan hanya dapat menarik dalam mata uang rubel.

Mata uang kuat adalah sebutan bagi sejumlah mata uang yang memiliki nilai tukar stabil. Seperti dolar Amerika, euro, dan poundsterling.

Tidak ada yang bisa menebak berapa banyak mata uang kuat yang tersangkut di luar sistem perbankan karena beberapa orang bergegas mengambil rubel dan mengambil simpanan mata uang kuat mereka. Hal itu terjadi karena mereka takut adanya pemotongan nilai.

Seorang pekerja ritel, meminta tidak disebutkan namanya, mengatakan ingatan tentang kepanikan berebut uang tunai membuatnya sampai hari ini harus memiliki banyak uang tunai.

"Saya menghabiskan berjam-jam mengendarai mobil saya dari satu bank ke bank lain di mana orang-orang menarik tidak hanya dolar tetapi juga rubel," tuturnya.

Kartu Kredit Rusia dan China Jadi Penyelamat

Penangguhan operasi Visa dan Mastercard di Rusia membuat kartu yang diterbitkan di negara tersebut tidak dapat digunakan di luar negeri. Mereka terburu-buru beralih ke alternatif Rusia, kartu Mir.

Danil Usikov, pengusaha berusia 45 tahun, berbasis di Belarusia dan berada di sana ketika kartu Rusia tidak lagi dapat digunakan. Dia mengatakan memiliki cukup uang tunai sehingga tidak panik.

"Tetapi masalahnya harus diselesaikan dan saya terbang ke Moskow membuka kartu Mir. Kembali ke Belarusia dan kemudian dapat membayar semuanya."

Mantan jurnalis Andrey mengatakan China UnionPay menjadi penyelamat hidupnya. "Saya dengan cepat membuka tiga kartu UnionPay di berbagai bank Rusia," kata Andrey yang kini bekerja di luar Rusia.

"Selain itu saya pergi ke Kazakhstan untuk mendapatkan MasterCard di sana yang terbukti sangat berharga dalam satu tahun terakhir."

Tas KFC

Banyak orang Rusia yang pindah ke luar negeri juga harus mencari cara untuk mendapatkan uang rubel. Kebanyakan dari mereka hengkang karena kekhawatiran akan adanya pembalasan atas pandangan politik mereka atau takut dipanggil untuk ikut berperang.

Meski sejumlah bank masih dapat mengakses SWIFT dan memproses transfer lintas batas, komisi dan biaya-biaya ikut membengkak. Akibatnya orang-orang melirik alat pembayaran alternatif seperti mata uang kripto.

Misalnya pengguna Binance, bursa kripto terbesar di dunia, dapat mentransfer rubel melalui "stablecoin" Tether yang dipatok ke mata uang dolar AS.

Ada banyak cara lain yang lebih menantang untuk mendapatkan uang tunai dari Rusia. Misalnya pengalaman seorang profesional jasa keuangan yang meninggalkan Moskow tak lama setelah konflik pecah. Dia meminta seorang teman untuk menarik jutaan rubel dari rekening Rusia miliknya dan bertemu dengan seorang pria di Moskow.

Transaksi yang hanya berdasarkan saling percaya selesai tiga jam kemudian ketika seorang perempuan tiba di kamar hotelnya di Dubai dengan membawa sekitar $ 50 ribu yang disimpan dalam kantong kertas restoran siap saji KFC.

Ramah Tetapi Rumit

Ribuan orang Rusia yang berbondong-bondong ke Dubai baru mengalami bahwa membuka rekening bank sama sekali tidak mudah. Terutama jika tidak memiliki kartu tanda penduduk dari Uni Emirat Arab.

“Bisa saja tetapi proses verifikasi memakan waktu satu hingga tiga bulan dan hasilnya tidak selalu bisa diprediksi,” ungkap pengguna Telegram, Inna, di saluran untuk orang Rusia bernama 'Hi Dubai' tentang pembukaan akun tanpa kartu tanda penduduk lokal lokal.

Transaksi dengan bank sentral Rusia dilarang Barat. Di samping itu sekitar $ 300 miliar aset luar negeri bank sentral Rusia dibekukan.

Tindakan ini membatasi kemampuannya untuk mempertahankan nilai tukar rubel. Individu juga ikut terpengaruh oleh pembatasan.

Bank sentral memperkirakan tindakan tersebut mengakibatkan lebih dari 5 juta investor ritel di Rusia dengan lebih dari 320 miliar rubel dalam kepemilikan saham asing yang dibekukan. ***

Tags:
rusiaukrainabaratPerbankankeuanganSWIFTkartu-kreditInvasi RusiaPerang Ukraina

Reporter

Administrator

Editor