POSKOTA.CO.ID - Naftali Bennett mengungkapkan pernyataan Vladimir Putin pada awal invasinya ke Ukraina.
Presiden Rusia itu berjanji tidak akan membunuh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menurut mantan Perdana Menteri Israel tersebut.
Dia pernah menjadi mediator pada awal perang Rusia dengan Ukraina dan menjadi salah satu pemimpin yang bertemu Vladimir Putin selama perang dalam perjalanan singkat ke Moskow pada Maret tahun lalu.
Upaya mediasi dia tampaknya tidak banyak membantu untuk mengakhiri pertumpahan darah antara Rusia dengan Ukraina.
Namun Naftali Bennett memperoleh janji dari Vladimir Putin untuk tidak membunuh Volodymyr Zelenskyy.
Dia menjelaskan ada diplomasi ruang belakang dan upaya mendesak yang sedang dilakukan untuk mencoba membawa konflik ke penyelesaian yang cepat.
Hal ini disampaikannya dalam wawancara pada Sabtu (4/2/2023). Seperti dikutip dari Associated Press.
Naftali Bennett mengatakan dia sempat bertanya kepada Valdimir Putin tentang apakah dia bermaksud membunuh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
"Saya bertanya ada apa dengan ini? Apa anda berencana untuk membunuh Zelenskyy? Lalu Putin berkata, 'Saya tidak akan membunuh Zelenskyy'," ujarnya.
"Saya kemudian berkata kepadanya, 'Saya harus paham bahwa anda berjanji bahwa anda tidak akan membunuh Zelenskyy." Lalu Putin berkata lagi,'Saya tidak akan membunuh Zelenskyy.'"
Naftali Bennett mengatakan dia kemudian menelepon Volodymyr Zelenskyy untuk memberi tahu dia tentang janji Valdimir Putin.
"'Dengar, aku keluar dari rapat, dia tidak akan membunuhmu.' Zelenskyy bertanya, 'apakah kamu yakin?' Aku berkata, '100 persen dia tidak akan membunuhmu.'"
Naftali Bennett mengatakan bahwa selama mediasinya, Vladimir Putin membatalkan sumpahnya untuk mengusahakan perlucutan senjata Ukraina dan Volodymyr Zelenskyy berjanji untuk tidak bergabung dengan NATO.
Naftali Bennett hanya menjabat sebagai Perdana Menteri Israel selama lebih dari enam bulan saat perang Rusia dan Ukraina pecah.
Tetapi tanpa diduga mampu mendorong dirinya ke dalam diplomasi internasional.
Dia menempatkan Israel di jalan tengah yang tidak nyaman antara Rusia dan Ukraina. ***