SERANG, POSKOTA.CO.ID - Massa mahasiswa yang tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Lebak (Kumala) menggelar aksi demontrasi di depan gerbang DPRD Banten.
Mahasiswa Lebak itu menggeruduk gedung wakil rakyat, dan juga membakar ban di Gerbang DPRD Banten.
Aksi mahasiswa Lebak adalah menuntut temannya dibebaskan yang ditahan akibat sawer rilis dan orasi saat paripurna HUT Banten ke 22 berlangsung.
Dua mahasiswa Lebakyang diamankan petugas ternyata belum dibebaskan. Mereka menilai penahanan tersebut tidak berdasar.
Dalam rangkaian aksinya, mahasiswa Lebak membakar ban sebagai bentuk kekecewaan terhadap pemerintah yang refresif terhadap masyarakatnya.
Di sisi lain, mereka juga sempak melakukan aksi saling dorong dengan polisi untuk menjebol gerbang DPRD Banten. Namun jumlah aparat yang lebih banyak, tidak dapat dirobohkan oleh para mahasiswa Lebak itu.
Massa aksi, Misbah mengatakan, Pj Gubernur Banten tidak berani keluar untuk berdialog dengan mahasiswa Lebak itu. Malahan, rekannya yang menyampaikan aspirasi di ruang rapat pripurna turut ditahan dan belum dikeluarkan.
"Pj Gubernur nggak keluar, malah saudara kita yang ditahan," katanya saat orasi, Selasa (4/10/2022).
Menurutnya, Pj Gubernur Banten bukannya bertanggungjawab atas kinerjanya, malah temannya yang ditahan dan belum dikeluarkan. "Kaluarken baturan aing aya nu di endongken (keluarkan, teman saya ada yang di nginapkan)," ujarnya.
Seharusnya, katabdia, Pj Gubernur mampu menyampaikan prestasinya di depan massa aksi. "Lamun Pj gubernur tanggung jawab, kadie coba sampaiken. Asa di lalagaken aing (kalau Pj gubernur tanggunf jawab, kesini sampaikan. Merasa dibecandain saya)," papar mahasiswa Lebak itu.
Di tempat yanga sama, Fauzul mengatakan, dengan ditahannya dua mahasiswa di ruang paripurna, membuktikan bahwa wakil rakyat tidak merefresentasikan rakyat.
"Teman kita di gedung mendapatkan refresifitas. Di negara demokrasi kesejahteraan harus cari sendiri. Jangan pernah takut menyuarakan kegelisahan yang terjadi," tegasnya.
Dia juga mengkritik tentang pembangunan Stadion Internasional Banten (SIB) yang menghabiskan ratusan miliar dengan dalih pemulihan ekonomi.
Tetapi nyatanya, hingga kini stadion itu hanya membebani anggaran daerah karena belum dapat difungsikan dalam turnamen sepak bola.
"Lahirnya sport center (SIB) untuk pemulihan ekonomi, tapi saat ini malah mempersulit ekonomi. Tidak ada perubahan di sektoral ekonomi, pendidikan maupub kesehatan," ungkapnya.
Selain itu, pemerintah dinilai tidak memiliki upaya untuk menekan kemiskinan dan pengangguran. "Angka kemiskinan tinggi, tapi tidak ada upaya untuk meminimalisir. Angka pengangguran tidak bisa diselesaikan dari akar," jelasnya. (Bilal)