“Kakek kemarin naik KRL ya. Lain kali kali cucu ikut dong?” tanya sang cucu kepada kakeknya.
“Iya, kemarin kakek naik KRL ke Kota sambil menikmati suasana” jawab kakek.
“Wah asyik dong suasananya?”
“Yah lumayan sebagai angkutan massal yang murah meriah. Cuma kemarin soal kenaikan tarif KRL banyak menjadi perbincangan para penumpang selama perjalanan".
“Oh tarif KRL naik kek?”
“Belum. Rencananya akan dinaikkan mulai 1 April 2022”
Yah, soal naik tarif inilah yang banyak dibicarakan para penumpang, baik di stasiun maupun di dalam gerbong.
Seperti diberitakan, Kementerian Perhubungan berencana menaikkan tarif KRL (Kereta Rel Listrik ) alias Commuter Line mulai 1 April 2022 dari Rp3.000 menjadi Rp5.000.
Kenaikan sebesar Rp2.000 ini merupakan tarif dasar pada perjalanan 25 kilometer pertama. Untuk 10 kilometer berikutnya dikenakan tambahan sebesar Rp1.000, begitu seterusnya untuk 10 kilometer berikutnya.
Jadi kalau melakukan perjalanan dengan jarak paling jauh 25 kiolometer dikenakan tarif Rp5.000,jika tambah jarak menjadi 35 kilometer dikenakan tambahan Rp1.000, sehingga total tarif yang harus dibayar penumpang sebesar Rp6.000. Jika jarak yang ditempuh 48 kilometer misalnya, maka tarifnya sebesar Rp7.000.
Rencana kenaikan tarif inilah yang dikritisi penumpang.
Masyarakat pengguna KRL berharap tarif tidak dinaikkan di tengah masih sulitnya kondisi ekonomi.
Belum lagi, adanya biaya ekstra yang harus dikeluarkan yang cukup tinggi untuk menjaga kondisi fisik agar tetap fit, terhindar dari penularan virus corona, Delta dan sekarang lagi melonjak varian Omicron.
Masker harus dibeli, hand sanitizer kemana – mana mesti bawa, sabun dan vitamin perlu disediakan guna menjaga kesehatan.
Ini kan pengeluaran ekstra. Sementara, gaji belum naik, sebagian besar perusahaan belum mampu menaikkan gaji pegawai karena kondisi ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Dalam kondisi ekonomi yang belum pulih benar, di tengah masih terdampak pandemi, pemerintah dengan jajaran perusahaan yang dikelolanya baik BUMN, Perum, PN atau PT dan sejenisnya hendaknya menahan diri untuk tidak menaikkan tarif.
Sekecil apapun kenaikan tarif akan membuat masyarakat semakin terhimpit.
KRL adalah angkutan massal yang sudah dicintai publik, digunakan sehari – hari oleh warga Jabodetabek dan sekitarnya untuk beraktivitas mencari nafkah bagi keluarganya.
Selain karena nyaman, aman, tepat waktu, juga tarifnya lebih murah, jika dibandingkan dengan moda angkutan lainnya.
Lihat juga video “Hujan angin Rusak Atap Rumah, Warga Khawatir”. (youtube/poskota tv)
Memang tarif KRL menjadi murah ( jika harus dibandingkan dengan tarif sesuai biaya operasional) karena selama ini disubsidi negara.
Tentu, pemerintah memberi subsidi karena angkutan massal ini menjadi kebutuhan masyarakat dari beragam latar belakang sosial ekonominya.
Menyediakan angkutan umum yang aman, nyaman dan murah, bagian dari kewajiban negara kepada rakyatnya.
Mengingat KRL adalah angkutan rakyat, maka perlu mengkaji ulang rencana penyesuaian tarif, utamanya di tengah situasi pandemi dan belum pulihnya perekonomian negeri ini. (jokles)