BEKASI,POSKOTA.CO.ID - Kasus pencabulan anak yang diduga dilakukan oleh AY (31) terhadap SHZ (11) warga Bekasi Selatan, masih menyisakan trauma yang mendalam baik korban maupun pihak keluarga.
Diungkapkan orang tua korban yaitu Dian (34), bila anaknya SHZ (11) kini memiliki trauma yang cukup serius hingga dirinya tak ingin tinggal kembali di tempat tinggalnya di Kayuringin, Bekasi Selatan, dan memilh tinggal bersama neneknya di Tambun Kabupaten Bekasi.
Meski dikatakan Dian, kondisi korban jauh lebih baik, namun korban tetap merasakan kepedihan atas perlakuan tetangganya tersebut, AY (30).
"Anak saya sudah lebih baik, cuma nggak mau tinggal disini lagi, anak saya sama neneknya di Tambun," ungkap Dian saat dihubungi Poskota, Senin (27/12/2021) malam.
SHZ merupakan seorang putri yang masih berusia 11 tahun dan duduk di bangku kelas 5 SD.
Dituturkan Dian, ia tak ingin bersekolah ditempat wilayahnya Bekasi Selatan.
Setelah peristiwa tersebut, Minggu (19/12/2021) lalu, SHZ menjadi pucat dan sulit untuk makan, hingga ia harus dibantu bersama neneknya untuk diingatkan kembali makan.
"Dari abis kejadian, badannya biasa aja, karena makan disana dipaksa sama mama (ibu) saya, takut sakit, kalau yang pertama pas digituin, abis badannya dan pucet," sambung Dian.
"Saya bilang ya udah kalau mau sekolah di Tambun, nanti sekolahnya pindah Ditambun aja nggak apa-apa, deket nenek, nanti mau dipindahkan sekolah," paparnya.
Menurut Dian, kondisi trauma tersebut juga membuat SHZ anaknya kini nampak murung, dan tidak lagi ceria.
"Cuma biasanya ceria, kini jadi murung, lebih banyak diam, nggak ceria lagi," keluh Dian saat bercerita mengenai kondisi anaknya.
Meski santer di media massa, pelaku telah diamankan oleh pihak kepolisian dan menjadi tersangka, Dian akan tetap meminta keadilan dan pendampingan hukum.
"KPAD mau mendampingi saya sampai ke pengadilan, Saya udah tenang pelaku sudah di serahkan kepihak berwajib dan KPAD, saya sudah serahkan dan percaya sama pihak berwjib aja, saya tinggal nunggu telpon dari pihak berwajib, untuk sidangnya. namun saya kesal juga, anak saya jadi gak bebas maen kayak dulu lagi," ucapnya
Ia juga cukup cemas, karena kondisi diluar masih belum memungkinkan anaknya melakukan komunikasi dengan sebaya, dan ia ada kecemasan terkait respon buruk dari masyarakat.
"Sekarang di rumah aja, sama neneknya, nggak boleh, keluar takut nanti dibully juga sama teman-temannya, kini kami tengah menunggu persidangan saja," jelasnya.
Rencana Dian, anak kedua dari empat bersaudara tersebut, akan ia jenguk setiap hari untuk mendapatkan komunikasi terhadap keluarga.
"Tiap hari saya jenguk, karena dia kan masih sekolah, biar ada pendampingan pertama dari orang tuanya," pungkasnya. (kontributor/ihsan fahmi)