Arbi Sanit: Ada yang Salah Dalam Pola Rekruitmen Membantu SBY

Kamis 05 Des 2013, 11:24 WIB

JAKARTA (Pos Kota) - Pengamat Politik dari Universitas Indonesia, Arbi Sanit, menegaskan banyaknya nama orang-orang deket SBY di pemerintahan maupun di Partai Demokrat yang disebut-sebut dalam kasus korupsi membuktikan ada yang salah dalam pola rekruiment yang dilakukan SBY untuk membantunya di kabinet maupun di partai. SBY harus berani mengambil langkah tegas untuk membersihkan partainya dan pemerintahannya. “Saya rasa ada yang salah dengan pola rekruitmen yang dilakukan SBY sehingga banyak sekali orang-orang dekatnya baik di partai maupun di kabinet yang disebut-sebut dalam persidangan kasus-kasus korupsi . SBY harus berani mengkoreksi pola rekruitmennya tersebut jika tidak ingin pemerintahannya maupun partai yang didirikannya hancur oleh orang-orang “dekatnya” tersebut,” ujar Arbi ketika dihubungi wartawan, Kamis (5/12). SBY tegasnya juga harus bisa membersihkan orang-orang sekitarnya yang kotor sekalipun memiliki kedekatan dengannya secara pribadi.Jika tidak dikhawatirkannya SBY sendiri yang akan terseret-seret dalam berbagai  kasus yang dilakukan orang-orang dekatnya itu.”Kalau tidak mau terus diseret-seret dalam berbagai kasus, SBY  harus membersihkan orang-orang sekitarnya.SBY memiliki aparat intelejen tentunya tahu mana orang-orang dekatnya yang bermasalah,” tambahnya. Setelah itu SBY harus berani menampilkan orang-orang di partai maupun pemerintahannya yang bersih meski tidak memiliki kedekatan pribadi kalau memang masih ada orang bersih di sekitarnya.”Kalau memang masih ada orang bersih di sekitarnya maka ini saatnya orang-orang seperti itu ditampilkan baik di kabinet maupun partainya meski tidak memiliki hubungan pribadi maupun kekerabatan dengannya,” tegasnya. SBY  harus bisa memerintahkan orang-orang sekitarnya yang terindikasi korupsi dan juga kerap disebut untuk mundur.”Dulu kan Jero Wacik saja bisa meminta Ketua Umum PD saat itu Anas Urbaningrum untuk mundur meski saat itu belum ada keputusan penetapan tersangka terhadap Anas karena alasan citra dan hasil survei partai yang anjlok. Sekarang kalau Sekretaris Majelis Tinggi disebut-sebut terlibat dalam kasus korupsi SKK Migas, maka sudah sepantasnya Jero Wacik mundur ataupun SBY sebagai ketum memberhentikannya, karena ini pasti akan berdampak pada turunnya citra partai,” tegasnya. Jero menurutnya juga harus bisa menunjukkan konsistensinya terkait pernyataannya terhadap Anas dan yang kini juga terakit dirinya.Kalau Jero tidak mundur maka sama saja sikap Jero itu dengan sikap maling yang berteriak maling.”Yah jangan maling teriak maling dong, kalau orang lain disuruh mundur tapi diri sendiri bertahan,” imbuhnya. Dalam berbagai kasus  orang-orang dekat SBY disebut-sebut dalam berbagai kasus seperti  kasus impor daging sapi,  yang melibatkan Silvia Soleha. Nama Sekjen PD yang juga putra bungsu SBY, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) dan juga Mensekab Sudi Silalahi juga disebut-sebut terlibat dalam kasus Hambalang di persidangan.Nama Sekretaris Majelis Tinggi, Jero Wacik dan Ibas juga disebut dalam kasus SKK Migas. Sementara Ketua Harian PD, Syarief Hasan sepreti tidak memiliki peran untuk menjalankan tugas-tugas harian ketua umum PD. Sementara itu Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ahmad Mubarok memilih untuk menjawab singkat dengan pernyataan No Comment ketika ditanyakan sikap para petinggi Partai Demokrat yang tidak konsisten yang meminta Anas mundur ketika survei PD jeblok dan kini diam saja ketika Sekjen PD, Edhie Baskoro Yudhoyono, Sekretaris Majelis Tinggi Jero Wacik disebut-sebut dalam kasus korupsi di SKK Migas.”Untuk pertanyaan yang Anda utarakan, saya memilih untuk no coment saja,” tegasnya. (prihandoko/sir)

Berita Terkait
News Update