ADVERTISEMENT

Presiden FIFA Sebut Piala Dunia Qatar Terbaik, Namun Terbantahkan Oleh Masalah HAM

Sabtu, 17 Desember 2022 15:00 WIB

Share
Piala Dunia FIFA di Qatar
Piala Dunia FIFA di Qatar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

"Setiap orang bebas mengungkapkan keyakinannya selama itu dilakukan dengan cara yang terhormat. Tetapi ketika menyangkut lapangan permainan, anda harus menghormati dan melindungi sepak bola."

Dia menjelaskan,”Ada 211 tim sepak bola bukan kepala negara, dan penggemar mereka ingin datang dan menikmati sepak bola. Untuk itulah kami ada di sini. Saya yakin kami membela nilai-nilai, membela hak asasi manusia, membela hak semua orang di FIFA, di Piala Dunia.”

"Tetapi saya juga percaya para penggemar yang datang ke stadion dan miliaran orang yang menonton di TV mungkin dan kita harus memikirkan itu. Mereka merasa setiap orang memiliki masalah mereka sendiri, mereka hanya ingin menghabiskan 90 menit tanpa harus memikirkan hal lain daripada hanya menikmati sedikit kesenangan, kegembiraan, atau emosi."

Namun perlakuan Qatar terhadap pekerja migran, bersamaan dengan sikapnya atas hubungan sesama jenis dan catatan hak asasi manusianya, termasuk di antara kontroversi utama yang membayangi persiapan menuju Piala Dunia.

Kepala Eksekutif Piala Dunia Qatar dikritik Human Rights Watch (HRW) karena menunjukkan pengabaian yang tidak berperasaan ketika mengatakan kematian adalah bagian alami dari kehidupan saat ditanya tentang kematian seorang pekerja migran di turnamen tersebut.

Human Rights Watch juga mengatakan Piala Dunia 2022 “berakhir tanpa komitmen dari FIFA atau otoritas Qatar untuk memperbaiki pelanggaran, termasuk kematian yang tidak dapat dijelaskan yang diderita pekerja migran untuk memungkinkan turnamen selama 12 tahun terakhir".

Lembaga hak asasi manusia dan sejumlah asosiasi sepak bola telah meminta FIFA untuk membentuk dana kompensasi bagi pekerja migran dan keluarganya serta pendirian pusat pekerja migran di Doha.

"Kecuali FIFA dan Qatar memberikan obat untuk pelanggaran luas yang tidak tertangani yang diderita para migran yang mempersiapkan dan mengantarkan turnamen, mereka akan memilih untuk meninggalkan warisan eksploitasi dan rasa malu," ucap Rothna Begum, peneliti senior di Human Rights Watch.

Gianni Infantino mengatakan,"Bagi kami setiap kematian adalah sebuah tragedi dan apa pun yang dapat kami lakukan untuk mengubah undang-undang untuk melindungi situasi para pekerja, kami melakukannya dan itu terjadi. Apa pun yang masih dapat kami lakukan untuk masa depan, kami melakukannya.

"Kami ingin membawa pengalaman ini ke masa depan dan memastikan kami dapat membantu dan memanfaatkan Piala Dunia dan menyorotinya untuk membuat hidup orang dan keluarga mereka sedikit lebih baik," pungkasnya. ***

Halaman

ADVERTISEMENT

Reporter: Ignatius Dwiana
Editor: Ignatius Dwiana
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT