Anak-anak di Kyiv Ukraina bermain-main di atas kendaraan artileri roket buatan Rusia yang dirampas oleh pasukan Ukraina.

Internasional

Anak-Anak Jadi Korban Konflik di Ukraina

Kamis 24 Feb 2022, 14:40 WIB

UKRAINA, POSKOTA.CO.ID - Anna Gvozd dari rumahnya di Kyiv memantau dengan seksama situasi di wilayah Luhansk yang pada Senin lalu (21/2/2022) diakui Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai negara merdeka.

Keluarga Anna Gvozd tinggal di wilayah yang kini dibayangi perang.

“Keponakan saya yang berusia enam tahun sekarang tidak lagi pergi ke sekolah dan ke kelas menari karena penembakan terjadi di sekitar kota itu,” tuturnya.

Anna Gvozd, suaminya dan tiga putra mereka telah meninggalkan wilayah itu delapan tahun lalu setelah Rusia menganeksasi Krimea dan memicu perang separatis di bagian timur Ukraina. Demikian dilansir dari VOA.

Dampaknya terhadap anak-anak sangat buruk.

“Kami tidak dapat menyewa apartemen karena orang yang mengungsi di dalam negerinya sendiri, atau dikenal sebagai pengungsi internal, kami tidak diberi tempat tinggal. Mereka juga melarang memiliki rumah karena melihat kami punya tiga anak. Anak-anak melihat langsung perjuangan emosional kami,” lanjutnya.

Bagi keluarga yang tidak dapat melarikan diri, trauma yang ada semakin memburuk karena semakin banyak pasukan Rusia yang masuk ke wilayah itu secara resmi.

Peluru altileri menghantam taman kanak-kanak di wilayah timur negara itu pada 17 Februari lalu.

UNICEF mengingatkan,“konflik itu telah menimbulkan dampak sangat buruk pada kesejahteraan seluruh generasi anak-anak secara psiko-sosial.”

Aktivis hak anak setempat Serhii Lukashov yang juga Direktur Nasional SOS Children Villages menyebutkan trauma itu terbukti dalam banyak hal.

“Hal ini menjadi bagian dari kepribadian mereka, yang menjadi pasif-agresif. Anak-anak yang lebih kecil mengalami kesulitan berkomunikasi,” katanya.

“Ini bukan hanya efek psikologis. Ini tentang penyakit kronis yang berkembang karena stress, karena kurangnya akses ke layanan kebutuhan dasar, dan karena hilangnya rasa aman,” kata Direktur Proyek di Museum Perang Masa Kanak-Kanak di Ukraina, Iuliia Skubytska.

Sebagai penasihat PBB untuk orang-orang terlantar, Elizabeth Ferris, mencemaskan invasi Rusia dalam skala penuh.

“UNICEF memperkirakan saat ini sekitar 400 ribu anak membutuhkan bantuan kemanusiaan sebelum lebih banyak konflik meletus,” ungkapnya.

Dia melanjutkan,”Kebutuhan yang paling mendesak adalah menyediakan tempat berlindung bagi mereka yang terlantar, apalagi ini adalah pertengahan musim dingin. Juga mungkin menyediakan perawatan medis, air, makanan dan tempat tinggal.”

Anna Govdz tahu persis perjuangan yang akan dihadapi keponakannya jika dipaksa meninggalkan rumahnya di Donbas.

“Ini akah menjadi luka seumur hidup karena kita tinggal di rumah dan lingkungan di mana kita dibesarkan, bersama teman dan keluarga, dan kemudian kehidupan kita berubah drastis,” tukasnya.

Ukraina pada Juni 2020 lalu memberitahu PBB bahwa 147 anak-anak tewas dalam agresi bersenjata Rusia ke Donbas. Sebagian besar karena luka tembak ranjau darat atau menyentuh bahan peledak.

Satu-satunya harapan Anna Govdz kini adalah agar perang segera berakhir demi nasib keponakannya dan anak-anak lain di Ukraina. ***

Tags:
Kesejahteraan Anakanak-anak korban konflikkemerdekaan Donetsk dan LuhanskUkraina timurKetegangan Rusia dan Ukrainakrisis Ukrainainvasi Rusia ke Ukrainaseparatis Ukrainainfo internasional

Reporter

Administrator

Editor