POSKOTA.CO.ID - Kemerdekaan Donetsk dan Luhansk diakui Moskow oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada Senin malam (21/2/2022).
Perjanjian kerja sama dan persahabatan Rusia dengan para pemimpin kedua wilayah itu ditandatangani di Kremlin.
Para pemimpin Donetsk dan Luhansk di Ukraina Timur, Denis Pushilin dan Leonid Pasechnik, sebelumnya meminta Vladimir Putin untuk mengakui wilayah mereka sebagai republik merdeka.
Keputusan Rusia mengakui Donetsk dan Luhansk diambil setelah semua anggota Dewan Keamanan Nasional Rusia menyetujui langkah itu dalam sebuah pertemuan. Dengan kata lain ada konsensus di antara pejabat politik, militer, dan keamanan Rusia tentang masalah ini. Demikian dilansir dari Pars Today.
Perubahan mendasar tampaknya akan terjadi di wilayah Donetsk dan Luhansk usai ketegangan dan bentrokan meningkat di Ukraina Timur.
Ketika pemerintahan pro Barat berkuasa di Kiev sejak Februari 2014 maka etnis Rusia di Donetsk dan Luhansk mulai menuntut kemerdekaan. Mereka merasa terancam atas kedekatan Ukraina dengan Eropa dan Amerika Serikat.
Ikatan sejarah, budaya, bahasa, dan ekonomi yang luas antara wilayah tersebut dengan Rusia membuat Moskow mendukung masyarakat setempat untuk melawan Ukraina.
Pengakuan Rusia atas kemerdekaan Donetsk dan Luhansk diikuti sejumlah negara lain seperti Kuba dan Venezuela.
Moskow tampaknya ingin memutuskan nasib konflik di Ukraina timur yang belum ada titik terang selama tujuh tahun terakhir.
Moskow berulang kali meminta pemerintah Kiev untuk menerapkan ketentuan Perjanjian Minsk di Ukraina timur. Termasuk memberikan status otonomi daerah. Namun Kiev menolak untuk memenuhi permintaan itu.
Menurut keterangan pemimpin Donetsk dan Luhansk, Ukraina mengerahkan puluhan ribu tentara di wilayah tersebut.
Ukraina saat ini memiliki dua opsi. Pertama, menaruh harapan pada Barat untuk menjatuhkan sanksi berat terhadap Rusia. Termasuk memblokir akses negara itu ke sistem pembayaran internasional SWIFT dan melarang ekspor barang-barang dasar Rusia sehingga Moskow membatalkan keputusan tersebut.
Pilihan kedua adalah mencegah terulangnya skenario Krimea yang dicaplok oleh Rusia pada 2014 sehingga Kiev harus meluncurkan serangan militer skala besar untuk menumpas kelompok separatis dan mengembalikan wilayah itu ke Ukraina.
Oleh karena para pemimpin Donetsk dan Luhansk telah mengundang pasukan Rusia untuk melindungi wilayah mereka maka ini akan berarti perang antara Rusia dan Ukraina. ***