Pesan Puitis yang Selalu Kuingat dari Pak Harmoko, 'Indah Itu Ada Saatnya'

Selasa 06 Jul 2021, 04:28 WIB
Bung Harmoko saat menghadiri Kongres SPS (Serikat Penerbit Suratkabar) ke XV di Bandung pada tahun 1974 (Foto: @bung.harmoko/Instagram)

Bung Harmoko saat menghadiri Kongres SPS (Serikat Penerbit Suratkabar) ke XV di Bandung pada tahun 1974 (Foto: @bung.harmoko/Instagram)

PERTAMA kali saya kenal dengan Pak Harmoko, ketika acara open house terbatas di rumah dinas menteri, kawasan Widya Chandra Jakarta Selatan. Saya masih baru menjadi wartawan, bahkan boleh dikatakan baru belajar menjadi wartawan, awal tahun 90 –an.

Saya masih ingat, waktu itu pak Harmoko memakai baju batik warna coklat tua kekuningan.

“Ini yang namanya Joko Lestari, yang pernah saya laporkan kepada bapak,” kata yang mengenalkan saya, satu pimpinan Poskota saat itu (maaf tak saya sebut namanya).

“Oh kamu mahasiswanya pak..(menyebut nama satu dosen di Fisipol UGM). Itu teman saya. Salam kalau ketemu ya.” kata Pak Harmoko mencairkan suasana, mungkin melihat saya sejak tadi grogi bin tegang.

“Ok pak tolong dibina,” kata pak Harmoko kepada yang mengenalkan saya. “Ayo silakan masuk.. makan seadanya, bukan seadanya dimakan .. “ katanya.

Ketika kami mau masuk, tiba – tiba pak Hamoko nyela “ Eh.. tapi tunggu dulu, tadi saya bilang untuk dibina ya, bukan dibinasakan..”.

Suasana pun kian ceria penuh canda. Ya itulah cara pak Harmoko berkomunikasi dengan lawan bicaranya, suasana kaku bisa berubah tegang. Yang ceria pun mendadak bisa dibuatnya tegang, meski kadang hanya bentuk “ujian”.

Saya makin kenal dengan pak Harmoko setelah diajak Safari Ramadhan hampir sebulan penuh. Perjalanan dimulai dari melihat nelayan apung seputar Jatiluhur, terus berlanjut menyusuri Jawa Tengan bagian Selatan, Cicalap – terus ke Jawa Timur, nyeberang ke Bali dan berakhir di NTB.

Membuat jokes dalam setiap dialog dengan masyarakat adalah ahlinya. Tak heran jika setiap pertemuan selalu mengundang tawa dan ceria. Tak ada satu pun pertemuan tiada tawa, ketika pak Harmoko menyelipkan istilah – istilah baru, membuat rangkaian kata bernada rima, dengan singkatan sehingga setiap kali acara, ada sesuatu yang diingat oleh masyarakat yang hadir dalam dialog sepanjang hidupnya.

Jika orang lain sering menggunakan momen, Pak Harmoko tak sebatas menggunakan momen, tetapi selalu menciptakan momen dalam setiap kesempatan.

Cukup beralasan jika nama pak Harmoko sangat familiar, dikenal publik hingga ke pelosok negeri. Itu mungkin, sebabnya ketika ditanya kenal pak Harmoko, warga desa  akan tersenyum menjawabnya.

Rajin minum madu

Kalau dikatakan Safari Ramadhan adalah safari politik, ya itu memang politik kenegaraan. Bagaimana pun seorang pejabat negara wajib menyampaikan pesan – pesan hasil pembangunan kepada masyarakat . Tak hanya menyampaikan pesan, juga  menyerap aspirasi yang tercatat rapih oleh stafnya kemudian dibukukan menjadi laporan terperinci, apa yang menjadi kehendak publik kepada pemerintah. Laporan itulah yang kemudian disampaikan pula kepada Presiden sebagai bahan masukan untuk mengambil kebijakan.

Sepanjang perjalanan safari yang saya ikuti, kegiatan sangat padat. Setidaknya setiap hari ada 7 kali pertemuan dialog dengan masyarakat mulai Subuh hingga ba’da Isya.

Seolah tak kenal capai, dan selalu menebar senyum. Ketika suatu saat saya tanya, resepnya apa. “Cukup minum madu. Bangun tidur dan sebelum tidur,” kata pak Harmoko.

Sejak safari, saya semakin dekat dan sesudahnya sesekali dipanggil untuk diberi wejangan tak hanya soal keredaksian, soal – soal poltik dan kenegaraan, juga bagaimana menghadapi kehidupan.

“ Ojo nggege mongso”. Ini filosofi Jawa yang bisa diartikan jangan keburu nafsu menginginkan sesuatu yang belum waktunya. Tanpa diminta, saatnya akan tiba waktunya, jika sudah “niti mongso”. Itulah yang menjadikan langgeng, apakah itu kekuasaan, jabatan atau pun kebahagiaan hidup.

“Kamu harus begitu. Percaya sama saya.. “ itu salah satu pesan yang pernah disampaikan kepada saya. Bukan ketika bercanda, tetapi serius karena saya semakin tahu, mana yang bercanda, membuat tegang, dan serius.

 Yah! Indah itu ada saatnya. (jokles)

Berita Terkait

PAK HARMOKO, Mau Jadi Ahli Politik

Selasa 06 Jul 2021, 10:17 WIB
undefined
News Update