POSKOTA.CO.ID - Kondisi ekonomi yang fluktuatif tidak dapat dihindari, bahkan tak sedikit ornag yang merasa terpuruk karena terdampak.
Kondisi tersebut membuat orang terlalu khawatir dengan masalah finansial atau keuangan.
Hal demikian bisa memicu stres bahkan hingga depresi, sehingga rentan mengganggu kesehatan mental.
Seperti diketahui bahwa akhir-akhir ini sejumlah negara mengalamai resesi.
Dampaknya, tak sedikit karyawan yang harus diputus hubungan kerjanya, harga kebutuhan pokok naik, dan kondisi masalah fiannsial lainnya.
Seorang psikolog klinis Thomas Richardson mengungkap kekhawatiran terkait keuangan tak boleh dibiarkan begitu saja, sebab dapat berdampak besar pada kesejahteraan mental.
"Seberapa banyak Anda stres dan khawatir tentang keuangan sebenarnya lebih berdampak daripada seberapa besar anda secara objektif benar-benar kesulitan secara finansial," kata Richardson seperti dikutip dari Mirror.
Menurut Richardson, respons psikologis yang umum terhadap kesulitan finansial adalah stres, depresi, gangguan kecemasan, bahkan keinginan bunuh diri.
Orang yang berada dalam kesulitan keuangan cenderung mengalami kemunduran kesehatan mental.
Orang yang memiliki utang tanpa jaminan seperti kartu kredit juga terbukti dalam studi berisiko tiga kali lebih besar mengalami masalah kesehatan mental.
Kondisi itu juga menyebabkan lebih banyak orang berjuang dengan masalah narkoba dan alkohol.
Siklus kesulitan keuangan dan masalah kesehatan mental bisa menjadi lingkaran setan.
Misalnya, seseorang mungkin sangat khawatir karena tidak mampu membayar tagihan sehingga akhirnya merasa sangat cemas.
Sebaliknya, masalah kesehatan mental yang serius dapat menyebabkan orang harus menerima pekerjaan dengan gaji rendah atau tidak stabil.
Beberapa masalah kesehatan mental seperti gangguan bipolar juga dikaitkan dengan tingginya pengeluaran impulsif dan risiko kebangkrutan.
Richardson, yang merupakan pakar hubungan antara kesulitan keuangan dan masalah kesehatan mental membagikan beberapa cara untuk mengatasi kekhawatiran finansial itu.
Dia menyebut ada baiknya jika seseorang memang sedang mengalami kesulitan finansial, penting untuk menyadari bahwa dia tidak sendirian.
Membicarakan hal itu dengan orang terdekat akan sangat membantu, baik itu dengan teman, anggota keluarga, atau penasihat keuangan.
Menurut Richardson, membicarakan kekhawatiran keuangan bukan hal yang tabu sebab itu merupakan masalah nyata.
Adanya dukungan dari sekitar, baik orang terdekat atau kelompok support akan membantu mengurangi rasa malu dan kritik diri. Dengan begitu, seseorang berhenti cemas berlebihan dan mulai menghadapi masalahnya dengan lebih percaya diri.
Jika anggaran terbatas dan ada guncangan finansial, segera cari cara menyeimbangkan neraca keuangan.
Seseorang juga bisa mempelajari apa yang memicu pembelanjaan impulsif dan menemukan strategi praktis untuk mencegahnya.
"Memecah tujuan keuangan menjadi tugas-tugas yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola juga dapat membantu mendapatkan kembali kendali dalam mengelola finansial," katanya.
"Jika perlu melunasi utang yang besar, buatlah rencana langkah demi langkah, serta mulailah dengan hal yang paling mudah," pungkasnya.
Kondisi ini mungkin tidak dapat daihindari, akan tetapi anda bisa mulai untuk membuat perencanaan keuangan untuk meminimalisir kekhawatiran yang memicu stres hingga depresi. (*)
Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari.