Sebetulnya kaget juga Herwina, kenapa musti pakai disetubuhi segala. Padahal tongkrongan dukun Hirman ini tak meyakinkan, bagaimana nanti “tangkringan”-nya.
Tapi demi setumpuk uang dari langit, akhirnya bersedia, toh aset tetap utuh tidak gempil atau berkurang. Suami di rumah juga takkan bakal tahu, karena ibarat makanan apa pun yang disajikan bini suami tak pernah protes apa lagi mengkritisi.
Prosesi pun dimulai, Herwina yang kala itu baru berusia 35 tahun, bener-bener sekel nan cemekel. Setelah dimandikan air kembang 7 rupa, di mana airnya merupakan kumpulan dari 7 sungai, yakni Sungai Mahakam, Kapuas, Kahayan, Musi, Bengawan Solo, Ciliwung dan Sungai Bambu; prosesi paling inti pun dilaksanakan dengan penuh semangat.
Selesai prosesi, dukun Hirman menyediakan 3 buah cepuk (tabung kecil) yang diisi masing-masing rambut Herwina, kembang dan sperma. Oleh dukun Hirman nantinya akan dipasarkan langsung di alam gaib, tidak cukup secara online. Bila laku tak lama kemudian akan datang uang segepok senilai Rp 800 juta.
“Tunggu seminggu, nanti akan terbukti hasilnya,” kata dukun Hirman sangat menjanjikan.
Seminggu kemudian Herwina datang, tapi ternyata tak ada uang Rp 800 juta tersebut. Katanya para makhluk gaib belum ada yang berminat, karena semua dana dikonsetrasikan untuk Pilkada.
Meski kecewa, Herwina tak bisa apa-apa, toh aset masih utuh ini. Dia mencoba melupakan pengalamanan pahit itu. Yang penting suami tidak tahu.
Lima tahun kemudian kembali Herwina dililit utang banyak, padahal suami sudah meninggal. Untung-untungan dia kembali ke dukun Hirman, siapa tahu uang Rp 800 juta kali ini terwujud.
Ternyata syaratnya masih sama, pakai persetubuhan juga. Tapi setelah seminggu kembali, jampi-jampi produk Mbah Hirman tak laku di alam gaib. Katanya perekonomian sedang lesu terdampak Covid-19. Dua kali dibohongi, Herwina lapor ke polisi didampingi seorang pengacara.
Gagal dapat materil padahal sudah dua kali korban onderdil. (GTS)