Oleh Joko Lestari, wartawan Poskota
KITA tentu berkehendak bahwa semua pihak menghindari konflik. Mampu mengendalikan diri (sebagai esensi dari ibadah puasa) dari segala ucapan,perilaku dan perbuatan yang sekiranya dapat mendatangkan pertikaian dan perselisihan.
Tak berlebihan sekiranya pimpinan MUI, pemuka agama apa pun berharap kepada para elite dan partai politik untuk menghindari konflik politik.
Meski Ramadhan tahun ini bertepatan dengan tahun politik, tidak berarti melalaikan esensi dari makna bulan suci Ramadhan itu sendiri.
Meski pula tidak semua masyarakat Indonesia menjalankan shaum Ramadhan, karena berbeda keyakinan, tetapi tidak lantas menjauhkan diri dari sikap toleransi sebagaimana ajaran nilai –nilai luhur falsafah bangsa kita, Pancasila.
Keberagaman adalah anugerah yang membawa berkah, jika mampu merawatnya, mengemasnya dan melestarikannya serta menyatukannya dalam bingkai NKRI yang ber-Bhinneka Tunggal Ika- berbeda - beda , tetapi tetap satu. Bersatu dalam perbedaan.
Menjadi aneh, jika masih ada ada yang terus mengungkit dan mencari –cari perbedaan. Mempertentangkannya yang berujung kepada munculnya gesekan sebagai embrio perpecahan.
Momen Ramadhan hendaknya kita semakin memantapkan diri untuk saling menghargai perbedaan agama dan keyakinan, beda suku, adat dan budaya, serta antar-golongan.
Dalam tahun politik saat ini, tentu terdapat beda pilihan dan dukungan, beda aspirasi dan partisipasi dan beda pula kepentingan dalam berpolitik. Perbedaan ini menjadi keniscayaan, mengingat pemilu itu sendiri adalah menentukan sebuah pilihan, menggunakan hak suaranya untuk memilih yang terbaik sesuai hati nuraninya, dari sejumlah pilihan yang ada.
Kita wajib menghargai pilihan orang lain, karena kita pun masing- masing mempunyai pilihan yang orang lain pun harus menghargainya. Jika kita ingin orang lain tidak mengusik pilihan kita, maka kita pun tidak boleh mengusik pilihan orang lain.
Tidak juga memaksakan pilihan lain sama seperti pilihan kita. Lebih – lebih jika dilakukan melalui beragam intrik, tipu muslihat dengan menebarkan kabar bohong, keburukan dan kebencian orang lain.
Jauhi intrik politik guna mencegah munculnya konflik politik utamanya di level grassroot ( akar rumput) demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Jadikan Ramadhan, selain sebagai upaya meningkatkan kesalehan dalam beribadah, juga kesalehan sosial dan kesalehan dalam berpolitik praktis. Cara – cara berpolitik dengan tetap mematuhi norma (aturan main), mengedepankan etika dan bermoral. (*).