JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Televisi analog dimatikan. Diganti menjadi digital.
Sejatinya, sudah jauh-jauh hari pemerintah melalui Menkominfo sudah mengumumkan bahwa siaran analog bakal dihapus.
Saatnya menuju era digital. Dengan digital, tayangan televisi akan menjadi lebih enak ditonton.
Gambarnya akan lebih jernih. Tak ada lagi keluhan tayangan menghilang, gemerecek atau menyemut.
Sebelum diberlakukan, harga set box digital masih terbilang standar. Mulai dari 150 ribu hingga 180 ribu rupiah.
Masyarakat menganggap biasa perubahan ini. Masih banyak yang tak yakin bahwa pemerintah bakal mengubah teknologi terbarukan.
Bahkan, sebagai janji, Menkominfo bakal membagikan alat tersebut kepada masyarakat secara cuma-cuma. Tapi hanya sekitar 5,7 juta set saja.
Tentu sangat jauh dari yang dibutuhkan keluarga Indonesia sebagai pemilik layar kaca yang jumlahnya ratusan juta.
Seakan dianggap remeh, begitu benar-benar dimatikan, masyarakat yang memang sudah ketergantungan dengan tayangan televisi seolah menjadi kalap.
Masyarakat berbondong-bondong mencari set box digital. Penjual pun ketiban pulung. Namun gak kira-kira. Harganya jadi melambung.
Kembali ke jumlah 5,7 juta KK yang bakal kebagian alat itu.
Sampai analog dimatikan, alat tersebut belum juga sampai ke tangan masyarakat yang membutuhkan.
Agak susah kalau masih mengandalkan menteri-menteri yang bersifat 'antitesis' terhadap Presiden Jokowi.
Analog TV sudah dimatikan tetapi 5.7 juta set top boks TV Digital yang gratis belum diserahkan ke masyarakat.
Seharusnya sudah jauh-jauh hari alat itu diserahkan. Sehingga, ibu-ibu rumah tangga, anak-anak yang memang sudah ketergantungan dengan alat itu tak lagi merengek.
Kalau sudah begini, yang disalahkan pasti Presiden Jokowi. Menkominfo asal Nasdem, mana suaranya?