Ilustrasi aborsi. (Foto/Pixabay)

MEGAPOLITAN

Menyingkap Praktik Aborsi Ilegal di Seputaran Ibu Kota, Daftar Lewat Online, Tindakan Dilakukan di Kamar Hotel

Senin 25 Jul 2022, 07:45 WIB

SEORANG pria setengah baya menghampiri sepasang wartawan Poskota yang menyamar sebagai sepasang kekasih yang hendak aborsi. "Mau ke klinik ya?" tanya pria yang berprofesi sebagai tukang ojek pangkalan di kawasan Jalan Raden Saleh, Cikini, Jakarta Pusat, tersebut.

Klinik yang dimaksud adalah tempat praktik aborsi ilegal. Dahulu, di kawasan ini banyak dijumpai klinik aborsi. Bertahun-tahun, praktik 'bawah tanah' ini seakan tak pernah mati. Meskipun beberapa kali digerebek polisi.

"Ada. Tapi tidak di sini lagi, Bang. Kalau mau, nanti saya kasih tahu caranya," lanjut pria yang juga jadi perantara atau calo klinik aborsi ini, setelah wartawan Poskota membenarkan bahwa dia dan kekasihnya sedang cari klinik aborsi.

Rupanya, bisnis layanan 'membunuh jabang bayi' ini sudah tak lagi menggunakan cara-cara manual. Mereka sudah mengikuti perkembangan teknologi. Mereka memanfaatkan jaringan internet dan smartphone alias online. Selain efisiensi biaya, cara ini juga diangkap lebih aman dari sergapan petugas.

Para pelaku bisnis aborsi ilegal tersebut tak mau lagi jatuh di lubang yang sama. Mereka tak lagi terang-terangan menawarkan jasa 'pengguguran kehamilan', pasca penggerebekan besar-besaran di tahun 2020 silam.

Riko, salah satu calo aborsi itu, kemudian menyebut sebuah rumah lengkap dengan alamatnya. Rumah huni biasa. Bukan klinik. Di rumah tersebut, ada petugas yang siap melayani pendaftaran. Hanya pendaftaran. Tahap selanjutnya dilakukan secara online. Termasuk di mana tempat aborsi akan dilakukan.

"Kalau mau daftar lewat online, juga bisa saya bantu. Abang cukup bayar Rp300 ribu, nanti saya yang daftarin," kata Riko.

Ia merinci, dari Rp300 ribu itu, Rp250 ribu biaya pendaftaran yang resmi dipatok oleh 'klinik'. Sedangkan Rp50 ribu, uang jasa untuk si calo.

"Jadi kalau udah fix, tinggal bayar uang pendaftaran aja. Terus saya kasih nomor ibu dokternya. Nanti Abang hubungin dah dokternya, ketemuan di mana gitu," sambungnya.

Setelah membayar Rp300 ribu, Riko kemudian mengirimkan bukti WhatsApp bahwa pendaftaran telah diterima. Selanjutnya, Riko juga memberikan nomor telephone sang dokter yang akan mengaborsi.

"Di sini hanya sampai tahap pendaftaran aja. Untuk konsultasi ataupun lokasi praktik, nanti dibicarakan langsung dengan Bu Dokter. Makanya, habis ini Abang langsung kontak Bu Dokter aja, janjian ketemu," katanya.

Untuk tempat aborsi, lanjutnya, biasanya ditentukan sesuai dengan keinginan pasien. Untuk tindakan, ada yang di tempat tinggal pasien, tapi rata-rata sewa kamar hotel.

"Ini karena keadaan lagi begini aja. Dokter juga tahu situasinya, mana yang merah dan mana yang ijo. Lokasi yang aman, dia tahu dah. Makanya sekarang tuh sistemnya kayak gini," ujar Riko.

Wartawan Poskota baru saja beranjak dari halaman sebuah minimarket di kawasan Jalan Raden Saleh Cikini. Seorang calo lain membuntuti dan menghentikan laju kendaraan kami. "Mas, Mas, mau ke klinik ya?" tanyanya.

Rupanya, pria yang belakangan mengaku bernama Rustam ini, sejak tadi memantau kami yang sedang transaksi dengan Riko. "Saya ada yang lebih murah, Mas," katanya.

Tak jauh beda dengan yang ditawarkan Riko, calo layanan aborsi ilegal bernama Rustam ini juga menyebut bahwa pendaftaran dilakukan secara online.

Biaya pendaftaran pun sama. Bedanya, tindakan aborsi tidak dilakukan di kamar hotel, melainkan di sebuah rumah di kawasan perumahan mewah di Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

"Untuk tempatnya gak di hotel, Mas. Kalau kita di rumah yang ada di Cempaka Putih. Dijamin aman lah pokoknya. Gak bakal ketahuan siapa pun. Karena dilakukan di rumah, makanya harganya lebih murah. Karena kan kita gak perlu sewa hotel," jelasnya. (Bersambung/Adam/mif).

Tags:
aborsiPraktik Aborsi IlegalDaftar Lewat OnlineTindakanKamar Hotellewat onlineibu kota

Reporter

Administrator

Editor