JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Berbeda dari biasanya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin upacara peringatan Hari Lahir Pancasila di Lapangan Pancasila, Kota Ende, Nusa Tenggara Timur, Rabu (1/6/2022).
Upacara ini terbilang spesial, karena merupakan kali pertama dilaksanakan di luar Gedung Pancasila, Jakarta.
Menurut pantauan Poskota dari YouTube Sekretariat Presiden, Jokowi bertindak sebagai inspektur upacara dan mengenakan pakaian adat Ende, yakni ragi lambu luka lesu.
Penasaran apa arti busana di atas? Berikut informasi selengkapnya.
Ragi
Mengutip dari Ragi Lambu, Luka Lesu (Bahasa Lio-Ende: pakaian adat untuk pria Lio-Ende) karangan Rikadus, ragi lambu merupakan busana adat bagi laki-laki di Lio, Ende, Nusa Tenggara Timur.
Secara umum, ragi sendiri memiliki arti sarung.
Untuk detail, ragi merupakan tenun ikat masyarakat Lio, Ende dengan corak khusus dan kombinasi line pattern berbentuk vertikal.
Jokowi memilih ragi warna hitam serta garis kuning-biru sebagai sarung, saat memimpin perayaan Hari Lahir Pancasila 2022.
Ragi sendiri diketahui memiliki dua pilihan corak garis, yakni vertikal dan horisontal.
Lambu
Busana ini merupakan baju, yang kerap digunakan para kaum adam di NTT.
Kamu bisa menjumpai dalam tarian adat, yakni mereka menanggalkan pakaiannya.
Jokowi sendiri tetap mengenakan kemeja putih saat berpidato.
Luka
Luka memiliki arti selendang, sama seperti busana lainnya, fashion item ini juga merupakan hasil tenun masyarakan Ende.
Suami dari Iriana itu tampak menyematkan Luka di bahu kiri.
Poskota juga menemukan tulisan 'Jokowi Ende' pada Luka untuk Presiden Republik Indonesia tersebut.
Seperti orang NTT pada umumnya, cara pemakain selendang ini dikenakan menyilang di bahu kiri, lalu diberi peniti pada bagian pinggang kanan.
Wah, siapa yang tertarik samaan dengan Pak Jokowi?
Lesu
Lesu merupakan ikat kepala berbentuk kerucut.
Jokowi tampak mengenakan lesu berwarna orange.
Memiliki Arti Mendalam
Dalam kebudayaan Lio, Ende, ragi yang dipakai menunjukkan status serta kedudukan orang tersebut.
Semakin lebar ukurannya, maka perannya semakin besar bagi masyarakat.
Luka sendiri memiliki dua jenis, yakni berukuran normal dan ukuran besar (semba).
Sedangkan lesu biasanya hanya diperbolehkan dipakai mosalaki (kepala adat) saja.