Antrean minyak goreng. (foto: ilustrasi/poskota/ahmad tri hawaari)

Opini

Drama Minyak Goreng

Jumat 18 Mar 2022, 06:00 WIB

Oleh: Guruh Nara Persada, Wartawan Poskota

BAGAI film berseri, langka dan melambungnya harga minyak goreng seakan sebuah cerita drama dengan pemeran utamanya pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan (Kemendag).

Kemendag yang berperan sebagai sutradara sekaligus aktor telah 'sukses' membuat hati penontonnya yaitu warga campur aduk. Mulai dari sedih, senang, panik hingga sakit hati.

Bagaimana tidak, di saat awal warga mulai menjerit dengan kenaikan harga minyak goreng kemasan yang dibarengi rencana penghapusan minyak curah, pemerintah langsung turun tangan dengan mengeluarkan harga eceran tertinggi sebesar Rp14 ribu per liter.

Warga pun semringah. Mereka berbondong-bondong menyerbu warung hingga ritel untuk memperoleh komoditi satu ini.

Antrean panjang terlihat di pasar, mini market dan toko-toko. Warga pun senang meski secara hati merasakan kesedihan dan secara fisik melelahkan. Namun sayangnya rasa senang tersebut tidak berlangsung lama. Minyak goreng kembali langka.

Dan dengan sekejap harganya pun ikut melesat. Di tengah kepanikan warga akan hilangnya minyak goreng, hal mencengangkan dan menyakitkan dikeluarkan pemerintah. Dengan melempar tudingan bahwa hilangnya minyak goreng lantaran warga melakukan penimbunan.

Kemendag mengatakan kelangkaan minyak goreng membuat masyarakat panik beli atau panic buying sehingga warga  'menimbun' di rumah. Pasalnya menurut Inspektur Jenderal Kemendag, Didid Noordiatmoko memastikan produksi minyak goreng sudah mendekati kebutuhan dalam negeri. Sehingga, kelangkaan minyak goreng seharusnya teratasi paling lambat pada akhir Maret 2022.

Namun selang sepekan, usah menuduh warga menimbun minyak goreng, Kini, Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengakui adanya kebocoran minyak goreng murah yang dijual ke luar negeri.

Adapun kebocoran minyak goreng murah itu merupakan hasil domestic market obligation (DMO) di tingkat distributor.

Kemendag menyebutkan, minyak goreng murah hasil kebijakan DMO sudah mencapai 415 juta liter sejak implementasi 14 Februari 2022 lalu.

Ia membeberkan sepanjang 14 Februari-16 maret 2022, kebijakan DMO berhasil mengumpulkan 720.612 ton minyak sawit. Dari total jumlah tersebut, sebanyak 551,069 ton sudah didistribusikan kepada masyarakat.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), normalnya setiap orang Indonesia mengonsumsi 1 liter minyak goreng tiap bulan. Oleh karena, seharusnya dengan 551.069 ton minyak goreng tersebut, tiap orang mendapatkan 2 liter atau melebihi konsumsi per bulannya.

Kali ini sang menteri pun meminta maaf dan menyatakan permohonan maaf karena pihaknya belum mampu menangani permasalahan minyak goreng.

Lihat juga video “Terjadi Kericuhan saat Warga Berebut untuk Membeli Minyak Goreng di Alfamart”. (youtube/poskota tv)

Setelah sebelumnya menuduh warga, kini di episode 'drama' selanjutnya kelangkaan minyak goreng diarahkan oleh ulah mafia dan spekulan mengambil keuntungan. Sehingga berbagai kebijakan yang telah ia buat pun tidak efektif.

Entah bagaimana nantinya. Sebagai penonton yang juga sebagai konsumen, warga pun hanya berharap sinetron drama berjudul minyak goreng ini berakhir bahagia. Dimana minyak goreng kembali dapat mereka dapati dengan mudah dan murah. Semoga!! (*)

Tags:
Drama Minyak GorengDramaMinyak GorengOpiniSorotInduk Opini

Guruh Nara Persada

Reporter

Administrator

Editor