Kopi Pagi

Maraknya Parpol Baru

Senin 07 Mar 2022, 09:49 WIB

Parpol baru tidak cukup dengan tampilnya figur nasional untuk mendulang suara pemilih. Tidak juga cukup dengan modal besar untuk menggerakkan mesin partai. Tak kalah pentingnya, kaderisasi meraih simpati.  - Harmoko

PARTAI politik (parpol) baru bermunculan di tengah masih menyeruaknya usulan penundaan pemilu 2024. Sedikitnya terdapat 10 parpol baru yang telah dideklarasikan. Sebagian sudah mengantongi izin dari Kemenkumham, selebihnya dalam proses.

Munculnya parpol baru menggambarkan mencuatnya hasrat elie politik untuk berkuasa dengan meraih simpati publik melalui ajang pesta demokrasi setiap 5 tahun sekali.

Berhasil tidaknya meraih simpati publik hingga lolos ke Senayan, melampaui Parliamentary Threshold (ambang batas parlemen) sebesar 4 persen dari total jumlah suara, itu adalah soal nanti. Itu etape berikutnya.

Tahap awal langkah perjuangan adalah mendirikan partai, karena memang memungkinkan. Itu sah-sah saja.

Sering dikatakan mendirikan parpol sangat mudah, seribu orang berkumpul bisa mendirikan partai dan memliki badan hukum sebagai basis perjuangan. Yang sulit melengkapi syarat administrasi agar lolos verifikasi KPU sehingga dapat ikut pemilu tahun 2024.

Syarat dimaksud, di antaranya memiliki kepengurusan dan kantor di seluruh provinsi, 75% kabupaten kota, dan 50% kecamatan. Ini syarat yang sulit.

Pada Pemilu Tahun 2019 lalu misalnya, sebanyak 7 parpol baru yang telah memiliki badan hukum, tidak bisa mengikuti pemilu. Penyebabnya, karena tidak memenuhi syarat keanggotaan dan kepengurusan baik di tingkat kabupaten/kota maupun kecamatan. Di antaranya Partai Idaman, Partai Republik, Partai Rakyat dan Partai Bhinneka.

Ini tantangan pertama sebagai partai baru. Berikutnya mampukah meraih tiket ke Senayan-Gedung DPR RI dengan melewati ambang batas 4 persen? Jawabnya perlu perjuangan.

Sebagai gambaran, masih pada Pemilu Tahun 2019, dari 16 partai yang ikut pemilu, hanya 9 partai yang lolos ke Senayan, sementara 7 lainnya tidak bisa melewati ambang batas 4 persen. Partai yang tidak lolos ke DPR RI adalah Partai Persatuan Indonesia, Partai Berkarya, PSI, PBB, Partai Garuda, PKPI. Bahkan, Partai Hanura yang dua pemilu sebelumnya ( 1999 dan 2014) selalu lolos, pada pemilu lalu, tidak dapat tiket ke Senayan.

Tentu menjadi tantangan parpol baru seperti Partai Pelita dengan figur Din Syamsuddin, Partai Ummat dengan tokohnya Amien Rais, Partai Kebangkitan Nasional (PKN) yang di dalamnya terdapat Gede Pasek Suardika, mantan Sekjen Hanura dan sejumlah tokoh Partai Demokrat.

Ada juga Partai Gelora, besutan eks tokoh PKS, Anis Matta dan Fahri Hamzah yang cukup lama hadir dan memperkenalkan diri kapada publik. Yang baru lainnya, adalah Partai Buruh yang dipimpin oleh Said Iqbal, salah satu pimpinan serikat buruh di Tanah Air.

Ini beberapa partai baru yang akan ikut mewarnai pesta rakyat dalam berdemokrasi, melalui pemberian hak pilihnya pada Pemilu 14 Febrruari 2024.

Yang hendak saya sampaikan, parpol baru boleh saja berdiri, tetapi yang tidak boleh diingkari, tujuan mulia mendirikan parpol adalah untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa ini. Nasib dan kondisi bangsa saat ini, utamanya rakyat bawah yang sedang terdesak kebutuhan ekonomi akibat terdampak pandemi Covid-19, hendaknya menjadi prioritas perjuangannya. Saat ini bukan nanti. Bukan menunggu pemilu yang masih dua tahun lagi.

Jika ingin dikenal masyarakat, sekaligus mendapat simpati publik, saatnya para kadernya turun ke lapangan memperjuangkan aspirasi rakyat, duduk sama rendah dengan rakyat untuk mengetahui secara riil masalah yang dihadapi dan mencarikan solusinya.

Seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “ Kopi Pagi” di media ini, selain figur nasional sebagai alat pemersatu, juga tokoh lokal sebagai vote getter ( pendulang suara ) di masing-masing wilayah, seperti di kabupaten, kecamatan hingga tingkat kelurahan. Tidak kalah pentingnya kader untuk mampu masuk ke akar rumput.

Jika hanya mengandalkan popularitas, tanpa kualitas kaderisasi, parpol baru akan dilibas parpol lama yang sudah eksis, karena tak hanya memiliki segudang fasilitas dan popularitas SDM seperti tersedia banyak figur, vote getter, dan jaringan, juga kuatnya pendanaan.

Lihat juga video “Pedih! Jeritan Pedagang Seiring Harga Bahan Pokok Melambung Tinggi”. (youtube/poskota tv)

Dari sisi ini, sulit bagi parpol baru menuju Senayan, apalagi menyaingi parpol lama. Kecuali memiliki pembeda. Ini pun tidak mudah, tak hanya modal kemauan. Tak cuma hasrat politik  besar, tanpa diimbangi kemampuan dan modal besar. Bukan cuma nafsu besar, tenaga kurang.

Saat ini saja partai yang sudah lolos ke Senayan, masih dikritisi karena belum sepenuhnya mampu menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat. Lantas bagaimana dengan yang baru, belum dikenal rakyat.

Pitutur luhur mengajarkan “Ngilo-a githoke dewe. Sing bisa nggendong nafsu”- Hendaknya kita bisa mengetahui kekurangan pada diri sendiri. Seharusnya bisa pula menahan hawa nafsu. Tentunya, termasuk nafsu berkuasa, jika tidak memiliki kemampuan untuk berkuasa. (Azisoko *)

Tags:
Kopi PagiParpol Baruparpolpemilu 2024pilpres 2024

Administrator

Reporter

Administrator

Editor