JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Dampak ekonomi akibat Pandemi Covid-19 begitu besar bagi masyarakat Indonesia, sehingga menyebabkan harga-harga bahan pokok pun melambung tinggi akhir-akhir ini.
Sebut saja harga minyak goreng melonjak secara signifikan dari harga Rp 14 Ribu per liter, kini menjadi Rp 20 Ribu hingga Rp25 ribu perliter.
Aksi kejahatan penimbunan minyak goreng pun marak di berbagai daerah di Tanah Air, akibat langkahnya stok minyak goreng.
Bahkan polisi di beberapa daerah berhasil meringkus pelaku dan mengamankan ribuan ton minyak goreng.
Terbaru Polres Jakarta Selatan berhasil membongkar penimbunan minyak goreng sebanyak 26 ton pada Sabtu, 26 Februari 2022.
Beberapa waktu lalu, krisis miyak goreng tersebut ditanggapi Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang memutuskan untuk menyeragamkan harga minyak goreng di seluruh Indonesia sebesar Rp14 Ribu, namun hal tersebut tidak menjadikan harga minyak goreng stabil melainkan stok minyak goreng semakin 'menghilang' dari minimarket alfamart dan indomaret yang ditunjuk resmi pemerintah.
Antrian minyak goreng pun mengular baik di pasar tradisonal maupun di minimarket dan super market.

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila, Prof. Dr. Sri Widyastuti. (mia)
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila, Prof. Dr. Sri Widyastuti, SE, MM, M.Si mengatakan kelangkaan minyak goreng akibat permintaan yang tinggi dari masyarakat namun tidak disertai dengan produksi yang tinggi dari para pengusaha minyak goreng.
"Jadi ketika demand lebih tinggi dari pada supply maka harga barang akan mahal, semisal pengusaha kita disini memproduksi minyak goreng berlebih, namun ketika di ekspor ke luar negeri ke negara-negara di Eropa, lalu disana kurang peminatnya, maka akan merugi. Itu juga bisa jadi salah satu pemicu naiknya minyak goreng di dalam negeri," kata Prof. Dr. Sri Widyastuti, saat ditemui di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pancasila, belum lama ini.
Menurutnya, sebagai seorang akademisi ia berupaya mendorong Pemerintah agar serius menangani melonjaknya harga-harga kebutuhan pokok seperti minyak goreng, bahan baku tahu dan tempe yakni kacang kedelai dan harga daging sapi yang kini sudah kadung mahal di pasaran.
Apalagi jelang bulan puasa yang tinggal beberapa minggu lagi.
"Mekanisme operasi pasar minyak goreng harus sering dilakukan pemerintah agar bisa menekan melambungnya harga di pasaran, karena sepengetahuan saya Pemerintah itu punya jaringan ritel sendiri untuk menentukan operasi pasar apakah di pasar tradisional atau di tempat-tempat tertentu," papar Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Pancasila ini.
Tak hanya itu upaya untuk menstabilkan ekonomi dalam negeri juga Pemerintah diharapkan dapat merangkul secara seimbang pelaku ekonomi mikro dan makro.
"Hal terkecil yang bisa memulihkan ekonomi nasional secara cepat adalah menggandeng para pelaku UMKM, digerakkan kembali karena ekonomi kerakyatan itu dari industri-industri kecil dan menengah, terlebih untuk menghadapi pandemi ini dibutuhkan sinergi yang kuat antara ekonomi masyarakat dengan Pemerintah," tambahnya.
Diharapkan Kementerian Koperasi dan UKM, Kemenko, Kementrian Industri dan Kementrian Perdagangan dapat bekerjasama untuk memulihkan sengkarut perekonomian nasional sehingga dapat terciptanya kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia.
"Pemerintah juga harus melakukan banyak penelitian terkait harga-harga yang melambung ini, libatkan masyarakat, akademisi atau perguruan tinggi dan sektor-sektor industri lain, untuk memberikan solusi tentang bagaimana bisa bangkit kembali menghadapi masalah tersebut sehingga perekonomian kembali normal," pungkas Prof. Dr. Sri Widyastuti. (mia)