MENGAWALI pekan ketiga bulan Februari ini, dialog kakek dan cucunya mengulas soal pasang badan. Ini berawal dari pertanyaan cucunya tentang pengertian “pasang badan” seperti dikatakan teman sekelasnya ketika terjadi keributan.
Cucu: Kek, tadi teman cucu bilang, nanti saya yang pasang badan jika terjadi apa- apa. Itu apa artinya ?
Kakek: Ya itu artinya teman kamu yang akan bertanggung jawab, jika ada sesuatu. Maksudnya teman kamu nanti yang akan membelanya. Misalnya ketika kalian bercanda, tanpa sadar telah merusak meja guru. Nah saat ditanya siapa yang merusak, teman kamu itu yang bilang merusaknya.
Cucu: Jadi setia kawan ya kek?
Kakek: Boleh dikatakan demikian.
Kakek pun menjelaskan. Istilah pasang badan, biasanya dikenal dalam dunia bela diri. Kerap juga digunakan di kalangan bodyguard. Juga dalam pertemanan, kelompok, sesama anggota grup.
Belakangan istilah pasang badan juga menjadi tak sing lagi di kalangan politisi dan birokrasi.
Seorang pejabat tak jarang mengatakan kepada anak buahnya, untuk menjalankan sebuah kebijakan, meski tidak sejalan. Laksanakan kebijakan itu, tidak usah khawatir, nanti saya akan akan “pasang badan”. Artinya segala dampak yang terjadi atas kebijakan tersebut, pimpinan yang akan mengambil alih tanggung jawab.
Tetapi jika kebijakan tersebut berdampak kepada terjadinya korupsi, apakah pejabat yang bersangkutan akan bertanggung jawab. Boleh jadi anak buahnya yang menjalankan kebijakan yang terkena getahnya. Dialah yang pasang badan, sementara yang memerintahkan lolos dari jeratan korupsi.
Kondisi seperti sering terjadi, aktor intelektual lolos, yang kena pelaksananya.
Nah, soal pasang badan juga digunakan dalam dunia politik.
Ketua Dewan Pembina DPP Partai Golkar, Aburizal Bakrie, menegaskan dirinya siap pasang badan, jika ada internal partai yang akan mengganggu Airlangga Hartarto sebagai calon presiden dari Partai Golkar.
Seperti diketahui, Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto disepakati sebagai capres yang diusung partai Golkar. Pencalonan Airlangga sebagai Capres Golkar harus didukung penuh.
“Apabila ada isu-isu yang coba-coba dikembangkan, baik sembunyi maupun terang-terangan, baik internal maupun eksternal, saya katakan orang itu akan berhadapan dengan saya.” demikian Aburizal Bakrie (ARB) saat Rakerda Golkar Lampung, Sabtu ( 12/2/2022).
Yah, soliditas menjadi satu prasyarat kemenangan, meski bukan satu-satunya. Masih banyak syarat lainnya, seperti pemantapan kaderisasi hingga ke level akar rumput. Jangan bergerak menyerap aspirasi di kala pemilu hendak digelar. Saatnya sekarang setiap kader turun ke lapangan memperjuangkan aspirasi, apapun bentuk aspirasi, jika ditangani dengan baik akan mendatangkan simpati.
Tidak perlu minta balas jasa apalagi imbalan atas hasil perjuangan yang telah dilakukan, termasuk pesan sponsor agar pada pemilu mendatang jangan lupa pilih Golkar. Itu tidak perlu.
Cukup berkarya dengan aksi nyata, dengan penuh keikhlasan, tanpa berharap imbalan. Masyarakat paham soal balas budi, tahu juga mana kader partai yang berkualitas, atau sebatas mencari popularitas untuk menaikkan elektabilitas. Jika setiap kader melakukan karya nyata di akar rumput, obsesi menang pileg dan pilpres 2024, bukan hal yang sulit.
Yang penting lagi, bukan saja satu suara utuh di internal Golkar dalam nendukung capresnya, juga satunya kata dengan perbuatan. Semoga. (jokles)