ADVERTISEMENT

Ingat! Bercerai Kita Runtuh, Bukan Cari Pengganti

Rabu, 16 Februari 2022 07:30 WIB

Share
Kartun Sental-Sentil: Ingat! Bercerai Kita Runtuh, Bukan Cari Pengganti. (kartunis: poskota/ucha)
Kartun Sental-Sentil: Ingat! Bercerai Kita Runtuh, Bukan Cari Pengganti. (kartunis: poskota/ucha)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

SAMBIL menikmati singkong rebus, dan kopi pahit, sang kakek bercerita soal bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Dalam pitutur Jawa dikatakan “Rukun agawe santoso, crah agawe bubrah”. Rukun bersahabat, bersatu akan membuat hidup menjadi sentosa( kuat). Sedangkan bermusuhan, bertengkar akan menjadikan hidup lebih sengsara. Hidup bercerai-berai, berantakan tanpa keharmonisan dan kebahagiaan.

“Jadi kita harus hidup rukun dengan teman- teman ya kek?” tanya sanga cucu.

“Iya seharusnya demikian, apalagi kamu teman sekelas, satu sekolahan harus membangun kerukunan, bukan saling bertengkar, lantas tawuran. Dengan kerukunan kamu dan teman-teman kamu akan menjadi tim yang kuat menghadapi segala tantangan dan rintangan.”

Sebut saja itu lidi, kalau cuma sendiri,akan lemah, mudah putus. Coba disatukan, akan menjadi kuat dan banyak memberi manfaat. Tak hanya menjadi sapu lidi yang berfungsi membersihkan, tetapi bisa menjadi galah, bisa menjadi alat penggebuk dan lain sebagainya.

Begitu juga jari kita ini. Masing-masing memiliki fungsi sendiri- sendiri, tetapi jika disatukan akan menjadi kekuatan dan multi fungsi.

Jadi, kerukunan akan mendatangkan keharmonisan dan kebahagian. Kalau setiap keluarga selalu rukun, akan tercermin adanya kebahagiaan, sebaliknya keluarga yang senantiasa berantem, bertengkar akan menggambarkan situasi yang kurang harmonis.

Keutuhan keluarga hendaknya tetap dijaga, karena perceraian seperti diibaratkan dalam peribahasa, akan membawa keruntuhan.

Jika ingin hidup sentosa, bahagia, apalagi membahagiakan orang lain, kita mesti rukun dan bersatu. Bercerai berai membawa kesengsaraan.

“Betul juga ya kek. Tapi ada teman cucu yang pernah bilang, bercerai kawin lagi seperti om nya yang bercerai, lantas kawin lagi” kata sang cucu.

Kakek pun tertawa, kemudian menjelaskan agar tidak salah pengertian. Kalau dibilang bercerai kawin lagi, itu bahasa plesetan, hanya candaan saja yang tidak harus diikuti.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT