JADI mantan suami, Dadang (55) dari Bandung ini mau menang sendiri. Dia menjadi suami Ny. Ratningsih (50) hanya “nyetrum” doang, habis itu kabur 15 tahun lamanya. Tapi giliran putrinya mau nikah dia ingin tampil dalam resepsi. Ditolak eks istri kok marah, Ratnaningsih ditusuk mati pas mengajar.
Ada tipe lelaki seperti ayam jago. Lihat babon bagus, dikejar-kejar sampai ke manapun. Tertangkap di tempat sampah langsung dikawini, selesai dan ditinggal pergi. Giliran babon itu bertelur dan mengerami sampai jadi kuthuk, si jago tak mau tahu karena sudah sibuk mencari babon-babon yang lain untuk dikawini di tempat sampah juga.
Kelakuan Dadang warga Coblong, Bandung ini benar-benar juga seperti ayam jago. Sekitar 20 tahun lalu dia naksir Ratningsih seorang guru SD. Melihat pribadi Dadang awalnya dia tidak suka dengannya. Tapi Dadang pantang menyerah, Ratningsih ditempel terus, lobi-lobi politik terus dilakukan pada orangtua si gadis, sehingga karena kasihan akhirnya Dadang diterima sebagai calon menantu.
Ibarat calon Kepala Daerah, di masa kampanye Dadang memang banyak janji pada keluarga Ratningsih. Katanya sudah ada rumah pribadi bebas cicilan, ada kendaraan pribadi meski hanya model roti tawar (minibus). Pokoknya jadi istri Dadang ibarat kata tinggal “mamah karo mlumah”. Ratningsih akan dijadikan ratu rumah tangga yang sebenarnya.
Tapi faktanya, janji Dadang kebanyakan hanya isapan jempol belaka. Rumah masih ngontrak dan mobil yang dipakai apel saat pacaran hanyalah mobil rental. Ratningsih langsung kecewa pada kesempatan pertama, tapi gawangnya di ranjang sudah kebobolan 5-0. Mau bagaimana lagi, mau minta cerai dirinya sudah kadung hamil sebagai bukti kerjasama nirlaba.
Ternyata Dadang ini pekerja serabutan. Maka ketika istrinya melahirkan, dia tak mampu membiayai persalinannya. Semua ditanggung mertua, untung saja kelahiran normal tanpa harus pakai operasi Yulius Caesar. Tapi sejak itu tingkat kepuasan mertua pada Dadang sebagai mantu makin ngedrop, hanya nol koma sekian. “Mantuku ini bisanya hanya nyetrom doang,” batin sang mertua.
Ketika si bayi usia 5 tahunan, tiba-tiba Dadang menghilang, meninggalkan kampung halamannya. Walhasil balita yang bernama Kokom, hidup dalam asuhan ibu tanpa kehadiran ayah. Untung saja Ratningsih ini seorang guru SD, sehingga dia tidak kerepotan menjadi single parents.
Kini Kokom sudah berusia 19 tahun dan hendak menikah. Dalam ijab kobul nanti diperlukan kehadiran seorang ayah untuk menjadi wali nikah. Tapi melihat jejak rekam eks suami yang tidak baik, Ratningsih dan putrinya males melibatkan eks suaminya. “Pakai wali hakim kan juga bisa. Begitu saja kok repot.” Kata Ratningsih penuh percaya diri.
Ternyata Dadang yang sudah tidak jelas keberadaannya, jangan-jangan malah kemakan Corona gelombang satu; ternyata mendengar kabar rencana perkawinan putrinya tersebut. Bak pahlawan kesiangan sampai jam 12:00, dia menuntut menjadi wali nikah dan tampil bersama di pelaminan saat resepsi, seakan masih menjadi suami istri.
Padahal biaya perkawinan yang mau digelar pertengahan Februari ini Dadang sama sekali juga tidak jadi sponsor. Maka permintaan itu ditolaknya, toh pakai wali hakim juga bisa. Pokoknya Dadang hanya dicatat sebagai lelaki tukang nyetrom doang, tak ada sama sekali kontribusinya buat istri dan anak yang ditinggal minggat belasan tahun lalu.
Dadang gagal melobi anak dan bekas istrinya. Tapi dia pantang menyerah, esok harinya dia datang ke SDN tempar Ratningsing mengajar. Lagi-lagi ditolak dan marah-marahlah Dadang, sampai Kepsek turun tangan dan panggil polisi. Barulah Dadang mau pergi dan minta maaf.
Lihat juga video “Sejarah Pecinan di Jakarta”. (youtube/poskota tv)