JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - CEO Tesla Elon Musk telah meminta pemasok nikel untuk menambang lebih banyak logam bumi untuk produksi baterai kendaraan listriknya dan siap memberi kontrak “raksasa” jika memenuhi standar yang diminta.
Tesla menjanjikan kontrak besar untuk jangka waktu yang lama kepada siapa saja jika dapat menambang nikel secara efisien dan dengan cara yang sensitif terhadap lingkungan.
"Jadi semoga, pesan ini sampai ke semua perusahaan pertambangan, ” kata Elon Musk dalam akun Twitternya.
Seiring pernyataan tersebut diperkirakan permintaan nikel untuk keperluan industri mobil listrik akan meningkat. Indonesia sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia harus memanfaatkan kesempatan ini agar dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Baca juga: Sejajar dengan Elon Musk dan Walikota Paris, Anies Baswedan Masuk Daftar 21 Heroes 2021
Meski begitu dalam pelaksanaan penambangan nikel perlu langkah-langkah bijak agar kelestarian lingkungan tetap terjaga. Jangan sampai penambangan yang dilakukan saat ini menyisakan masalah lingkungan di kemudian hari.
Demikian pandangan Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto terkait optimalisasi penambangan nikel untuk pemenuhan kebutuhan pasar dunia.
"Pemerintah harus kelola penambangan dan pengolahan nikel agar semakin efisien dan ramah lingkungan," kata Mulyanto, Selasa (2/3/2021).
Baca juga: PKS Minta Pemerintah Konsisten Larang Ekspor Bijih Nikel Mentah
Selain aspek pengelolaan lingkungan tambang, pembuangan limbah nikel ke laut harus menjadi perhatian pemerintah.
"Ini penting, bukan hanya dalam rangka menangkap peluang pasar perdagangan nikel, namun juga bagi sebesar-besarnya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat atas pengelolaan SDA ini," tegas Mulyanto.
Mulyanto menambahkan, sumber daya nikel yang besar, terkandung di dalam bumi Indonesia, ini harus dikelola secara efisien agar dapat memberi nilai tambah lebih tinggi. Sehingga dapat mendatangkan multiflyer effect terhadap pembangunan nasional yang semakin besar pula.
Baca juga: DPR Minta Pemerintah Tingkatkan Nilai Tambah Nikel Sebelum Diekspor
Meski begitu Mulyanto minta pemerintah membuat perencanaan dan aturan yang ketat terkait pengelolaan nikel ini. Jangan sampai SDA yang dimiliki ini habis dieksploitasi tapi tidak memberi manfaat bagi kemakmuran rakyat banyak.
Pemerintah harus menjamin booming nikel ini mendatangkan kesejahteraan bagi rakyat. Bukan hanya menyejahterakan segelintir pengusaha smelter. Apalagi jika malah mendatangkan kerusakan lingkungan.
"Kita harus eman-eman kekayaan alam kita untuk memakmurkan masyarakat. Bukan malah menyisakan lingkungan rusak dan laut yang tercemar, yang pada gilirannya hanya akan menyengsarakan rakyat," ujar Mulyanto.
Baca juga: Nikel Berpotensi Unggulan, Pemerintah Harus Siapkan Tata Kelola Hulu Hingga Hilir
Menurut data Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2019 mencatat bahwa Indonesia rupanya negara produsen dan penyumbang kebutuhan nikel terbesar dunia. Dari total produksi nikel dunia yang berjumlah 2,668 juta ton Ni, Indonesia ternyata menyumbang sekitar 800 ribu ton Ni dalam kurun waktu sepanjang tahun 2019.
Jumlah tersebut secara otomatis menobatkan Indonesia sebagai negara produsen bijih nikel terbesar di dunia. Disusul oleh Filipina dengan jumlah 420.000 ton Ni, Rusia 270.000 ton Ni, dan Caledonia 220.000 ton Ni.
Sumber daya dan cadangan nikel dimiliki Indonesia pun masih cukup tinggi. Tercatat hingga Juli 2020, total neraca sumber daya bijih nikel Indonesia mencapai 11,88 miliar ton, sedangkan total sumber daya logam nikel sebesar 174 juta ton. Sumber daya ini tersebar di tiga provinsi yaitu di Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku utara. (rizal/ys)