“HALO Bapak Ibu, apa kabar. Semoga baik, sehat wal afiat. Eh, ngomong-ngomong, Bapak sama Ibu ikut boikot barang-barang dari produksi negara yang hina Nabi, nggak? O, iya kayaknya Donald Trump kalah tuh sama Biden? Udah denger belum, kan ada partai baru? Mau ikutan nggak. Siapa tahu bisa jadi anggota DPR/DPRD, atau pejabat apalah?” suara sahabat Bang Jalil dari jarak jauh.
Bang Jalil, seperti biasa hanya manggut-manggut saja. Dalam hatinya dia juga menyimak jika belakangan ini banyak banget berita yang aneh-aneh. Dari ulah masyakat biasa sampai penggede.
“Itu urusan orang gede lah, kalau saya mah yang penting dapur bisa ngebul! Jadi nggak mikirin yang kayak gitu. Udah bosen, kan katanya orang politik itu ngomong pagi begini, sore begitu. Pagi dele, sore tempe,” ujar istri Bang Jalil.
“Tapi, Bapak barangkali minat jadi anggota partai?” kata sahabat.
Baca juga: Bangga Banget, Dekat Pejabat?
Bang Jalil hanya nyengir. Dia ingat kawannya sekantor, pernah coba-coba ikutan nyaleg. Eh, itu yang namanya pendukung banyak banget, dari tingkat RT/RW sampai anggota ormas.
Tahu sendiri, kalau datang ke rumah, ngopi, sarapan nggak lupa ongkos pulang. Kalau mau dihitung itu untuk kopi, teh gula saja, mungkin ada sekarung. Tapi, dia kecewa karena ternyata nggak jadi, karena dia dapat nomor buncit. Sekarang, dia sepeleng!
“Eh, Bapak mau beli motor gede, moge, gitu. Biar ikut touring. Pokoknya pakai moge keren banget, deh!” kata sahabat lagi.
Baca juga: Makan Nangka, Orang Lain Kena Getahnya
“Moge, mocil, motor kecil saja nggak bisa bayar, tuh ditarik debt kolektor! Terus mau boikot produk Prancis, dari dulu sudah memboikot! Kan nggak pernah belanja barang yang branded? Paling banter, ke Tanah Abang, produksi sendiri. Makan ya, lauk oseng buncis, kangkong, bayem ,tempe tahu, ikan teri,” jawab sang istri sengit,” Masa bodoh, mau partai, mau revolusi kek. ribut melulu, pusing! (massoes)