PANDEGLANG, POSKOTA.CO.ID - Lima hari tanpa gas. Begitulah Asiah, warga Kampung Cipacung, Kelurahan Saruni, Kecamatan Majasari, Kabupaten Pandeglang, menjalani kesehariannya. Ia terpaksa kembali ke cara lama dalam memasak, tanpa menggunakan gas. Itu karena LPG tiga kilogram atau yang akrab disebut gas melon, sulit ditemukan di warung-warung eceran.
Selasa, 4 Januari 2025 pagi itu, dengan harapan besar, Asiah melangkah dari rumahnya menuju pangkalan gas milik H. Bakhro. Jaraknya tak bisa dibilang dekat, sekitar 300 meter. Itu pun harus ditempuh dengan berjalan kaki.
Setibanya di sana, pemandangan yang ia lihat langsung membuatnya menghela napas panjang. Puluhan orang sudah lebih dulu berdiri dalam antrean panjang. Mereka menunggu giliran untuk mendapatkan satu tabung gas subsidi yang kini menjadi barang langka.
Baca Juga: Terima Kiriman Tabung Gas, Warung Kelontong di Depok Kembali Jual Elpiji 3 Kg
"Lima hari kemarin saya tidak bisa mendapatkan LPG. Di warung-warung eceran yang biasa saya beli semuanya kosong. Pagi ini saya dapat informasi kalau di pangkalan ada, makanya saya langsung ke sini meskipun jauh juga," kata Asiah, Selasa.
Asiah bahkan sempat mencari gas hingga ke desa tetangga, tapi tetap tidak membuahkan hasil. Hingga akhirnya, kayu bakar menjadi satu-satunya pilihan. "Selama lima hari kemarin, saya harus pakai kayu bakar buat masak. Sekarang ini jarang yang masih punya kayu bakar di rumah, jadi saya harus cari ke kebun dulu," ujarnya.
Sejak aturan penghapusan pengecer gas bersubsidi diberlakukan, warga Pandeglang mulai merasakan dampaknya. Kelangkaan gas tiga kilogram membuat mereka kesulitan memasak, bahkan harus kembali ke metode tradisional. Asiah bukan satu-satunya yang mengalami ini. Banyak warga di kampungnya yang harus beradaptasi dengan situasi serupa.
Setelah mengantre, Asiah pun mendapatkan satu tabung gas. Namun, dia memilih lebih berhemat dalam penggunaannya. Ia khawatir kelangkaan ini akan terus berlanjut. "Saya hanya dapat jatah satu tabung. Itu pun antreannya panjang dan harus bawa KTP. Jadi saya harus menghemat pemakaian, takut nanti masih sulit dicari lagi," katanya.
H. Bakhro, pemilik pangkalan gas di Saruni, mengakui, LPG 3 kilogram sebenarnya tidak benar-benar langka. Namun, ketika aturan baru yang melarang penjualan di tingkat pengecer diberlakukan, warga harus langsung ke pangkalan untuk membeli.
Baca Juga: Panduan Daftar jadi Pangkalan Tabung Gas Elpiji 3 Kg
Di pangkalannya, pembelian gas juga tidak bisa sembarangan. Setiap warga hanya diizinkan membeli maksimal dua tabung, agar distribusi tetap merata. "Kalau tidak dibatasi, nanti ada yang tidak kebagian. Jadi setiap orang hanya boleh beli dua tabung saja," ucapnya.