JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Nur Aini hanya bisa memandang bangunan rumahnya yang kini sudah rata dengan tanah. Kediamannya hangus terbakar bersama belasan bangunan rumah lainnya di Jalan Kemayoran Gempol, RT 8 RW 6, Kelurahan Kebon Kosong, Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu, 15 Januari 2025.
Api bersumber dari kios warung makan Soto Lamongan milik Bu Anis. Lalu si jago merah tiba-tiba langsung membesar hingga melumat 15 rumah semipermanen. Menurut Aini, peristiwa kebakaran ini terjadi begitu cepat. Saat kejadian, ia mau jemput putrinya di SDN 09 Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat.
"Ada yang bilang api bermula dari rumah jualan soto Lamongan yang bersebelahan dengan rumah kita. Sempat terdengar suara ledakan menurut warga. Setelah pulang cepat dari sekolah anak, untung ibu yang histeris di dalam rumah bisa tertolong. Langsung ibu saya dibawa ke tempat aman. Kita semua tujuh orang selamat," kata Aini ditemui Poskota kemarin di posko pengungsian Bendungan Jago, dekat lokasi kebakaran.
Aini hanya bisa pasrah dan menerima kenyataan. Sekarang dia tidak punya tempat tinggal lagi. Pasalnya, setelah berpisah dengan suami yang senang main judi online (judol), Aini harus berjuang menghidupi dua anak perempuan. Putri pertamanya duduk di bangku kelas 4 SD, dan satu lagi masih TK.
"Saya habis pisah dengan suami lima bulan ini, akibat ketahuan sama saya suka main judol. Bahkan sampai sekarang, saya sering diteror penelpon asing, yang selalu menagih utang-utang dari mantan suami saya itu sampai sekarang," katanya.
Aini kini tidak tahu harus pindah ke mana. Semua bagian rumahnya sudah habis terbakar. Yang tersisa hanyalah abu. "Pakaian, dokumen penting, seragam anak sekolah sampai buku-buku pelajaran, uang tabungan Rp1,3 juta, uang Rp3,2 juta buat sunatan anak untuk bulan besok, hangus terbakar," tuturnya.
Namun, Aini masih diberikan ketegaran dan kekuatan. Semua penghuni yang tinggal di rumah masih bisa terselamatkan. "Satu rumah itu kita isi tiga keluarga, ada tujuh orang, termasuk orang tua saya, yang berhasil selamat dari kebakaran ini," ucapnya.
Sementara waktu, Aini, dua anaknya, dan sang ibu, menetap di tenda pengungsian yang sudah didirikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) juga Kementerian Sosial (Kemensos) di lokasi kejadian.
"Jadi bingung sekarang, anak-anak tidak bisa sekolah karena seragam sekolah dan buku pelajaran jadi abu karena terbakar. Sekolah anak saya juga sudah tahu peristiwa kebakaran ini, jadi sementara ini anak-anak saya tidak sekolah dulu," katanya.
Meski begitu, Aini mengaku akan bangkit dari keterpurukan yang dialaminya. Dia akan tetap bekerja demi menghidupi dua anak dan ibunya yang sudah lansia itu. Aini selama ini hanya bekerja serabutan, dengan menjadi kuli cuci gosok di apartemen Kemayoran.
Selain itu, ia juga berjualan makanan dan minuman ringan di rumah untuk mendapatkan penghasilan sehari-hari. Dia hanya bisa berharap datangnya mukjizat dari Tuhan dan kebaikan dari segelintir orang yang hendak membantu supaya ia bisa membangun kembali rumah yang sudah terbakar. Juga untuk berdagang lagi agar bisa membiayai kebutuhan sekolah dan sehari-hari anak.
"Kami berharap ada bantuan untuk kebutuhan kelengkapan sekolah seperti tas dan baju seragam sekolah yang dapat digunakan supaya anak bisa lagi bersekolah," katanya.
Korban lain, Warsito, 55 tahun, perantau asal Jawa Tengah, mengatakan sudah tinggal di sana sejak 1997. Kini rumah dan perabotan di dalamnya sudah hangus terbakar, tanpa tersisa. Selama merantau di Jakarta, ia mampu menguliahkan empat anaknya dari hasil jualan mie. Namun warung jualan mie tersebut, yang juga menjadi tempat tinggalnya, kini ludes terbakar.
Harta benda yang berhasil diselamatkan oleh Warsito, yaitu empat unit motor merek Honda Vario, Honda Beat, Yamaha Filano, dan sepeda listrik. Sedangkan dokumen penting, surat sertifikat tanah yang di Jawa seluas sekitar 1.000 meter, STNK dan BPKB, dan dokumen lainnya ikut terbakar.
"Yang bisa diselamatkan itu pakaian yang melekat pada badan kita sekarang saja," kata Warsito.
Untuk sementara, Warsito akan mengungsi ke rumah kerabat keluarganya di daerah Sunter Jakarta Utara. "Adik ada yang tinggal di Sunter. Disuruh menetap untuk sementara waktu di rumahnya. Sambil menunggu untuk bisa dibangun lagi jika dibolehkan. Kita berencana menetap di rumah adik," ucapnya.
Ketua lingkungan RT 8 RW 6, Dian Rusiani, menuturkan, berdasarkan pendataan yang dilakukan, ada 43 keluarga yang menjadi korban kebakaran tersebut. Total ada 106 jiwa yang terdampak termasuk dua balita dan empat lansia ditambah 38 bangunan rumah permanen dan semi permanen.
Untuk penyebab kebakaran, Dian masih belum mengetahuinya. Sebab pada saat kebakaran, ia sedang di pasar. "Kebakaran terjadi pada jam 9 pagi. Ada yang bilang api berasal dari bangunan soto Lamongan atau jamu, tapi masih belum tahu pastinya," katanya.
Menurut Dian, api cepat menyambar lantaran mayoritas bangunan semi permanen dan mudah terbakar. Sebagian rumah pun dibangun dengan bahan dasar kayu. Saat ini para korban menerima bantuan dari Dinas Sosial dan BPBD Jakarta.
"Alhamdulillah bantuan sudah turun. Ada bahan pokok, makanan siap saji, peralatan mandi, pakaian, popok dan sabun mandi bayi sudah ada. Hanya yang masih kurang susu sama pelengkap makanan bayi, karena kita ada balitanya," ucap dia.
Plt. Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Provinsi Jakarta, Satriadi Gunawan mengatakan, dugaan sementara penyebab kebakaran berasal dari korsleting listrik. "Dugaan dari korsleting listrik," ujar Satriadi.
Satriadi menyebutkan pemadaman api baru dapat dilakukan tepat pukul 10.05 WIB. Dari pertama laporan kejadian kebakaran sekitar pukul 09.05 WIB. "Tidak ada korban dalam kejadian ini. Sebanyak 28 unit dengan 140 personil diturunkan dalam memadamkan api," tutupnya.
Berdasarkan pantauan Poskota dari lokasi kejadian, garis polisi mengitari area bangunan yang sudah terbakar. Para korban masih mencari sisa-sisa barang yang masih dapat digunakan setelah kebakaran tersebut. Lokasi kebakaran berada di pinggir jalan utama.