Kopi Pagi

Kopi Pagi Harmoko: Hati Boleh Panas, Tetapi..

Senin 18 Des 2023, 05:30 WIB

“Rakyat sungguh-sungguh memerlukan teladan dari para elite untuk melakukan kampanye yang sejuk, bersahabat, bermutu dan mudah dipahami, agar mereka tidak salah pilih..” 
-Harmoko-
 

Dinamika Pilpes kian memanas, saling serang pernyataan sesama capres semakin terbuka, adu gagasan bertambah sengit, begitu pun kritikan yang disampaikan langsung mengena sasaran.

Meski begitu eskalasi ini masih  wajar –wajar saja, sebagai bagian dari dinamika demokrasi, lebih – lebih di era kampanye pilpres, terbuka peluang bagi masing – masing capres memaparkan visi misinya, program dan gagasannya.

Kesempatan bagi capres untuk lebih meyakinkan kepada publik soal gagasannya yang paling baik, paling bermanfaat dan paling realistis untuk memajukan kehidupan bangsa dan negara, setidaknya lima tahun ke depan.

Bahwa setiap capres mengatakan gagasan yang diusung adalah yang terbaik, paling bagus dalam menyelesaikan segala persoalan bangsa, memang begitulah adanya. Itu sah – sah saja. Dan, itu pula yang hendaknya dipertanggungjawabkan, kelak, jika mendapat mandat rakyat untuk memimpin pemerintahan, mengurus negara dan rakyatnya.

Jika ada yang menilai bahwa gagasan yang diusung sangatlah buruk, tidak realistis, hanya menjual mimpi untuk meraih simpati, sikapilah secara bijak. Tidak perlu marah, tidak perlu tersinggung, tidak pula merasa terhina.

Hargai pendapat orang lain, sebagai bentuk menghormati adanya perbedaan pendapat sebagaimana sendi – sendi demokrasi kita yang merujuk kepada  nilai – nilai luhur falsafah bangsa, Pancasila.

Bersikap bijak berarti senantiasa menggunakan akal budinya, bukan hanya mengandalkan kepandaiannya, ketika merespons situasi, mendapat kritikan, hinaan maupun cercaan. Begitu juga dalam dialog di ruang publik, termasuk dalam berdebat, beradu argumen dan gagasan.

Seseorang dapat dikatakan bijaksana, jika selalu bertindak berdasarkan akal sehat dan logika sehingga dapat bersikap tepat dalam menghadapi setiap keadaan dan peristiwa.

Orang yang bijaksana lazimnya tidak egois, menghargai pendapat orang lain, serta menjaga perasaan orang lain.

Memang cukup sulit sekali menjadi orang bijak di tengah era perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, apalagi di tahun politik ini yang diwarnai dengan polarisasi dukungan, belum lagi disinformasi politik yang tak jarang mendiskreditkan seseorang atau kelompok tertentu.

Namun, sesulit apa pun, para elite politik, utamanya mereka yang sekarang berlaga dalam kontestasi pilpres,bersikap bijak dalam merespons situasi sangatlah penting.

Bijak di sini berarti tidak terpancing, tidak terbawa arus, tidak terprovokasi ketika diserang lawan politiknya, direndahkan gagasannya ataupun dimentahkan argumentasinya. 

Pepatah lama mengatakan ,”Hati boleh panas, tetapi kepala tetap dingin”. Meski serangan datang bertubi, sanggahan silih berganti, cercaan seolah tiada henti, hendaknya pikiran tetap tenang dan jernih sehingga pada akhirnya mampu mengatasi situasi.

Atau, pepatah yang berbunyi “Kepala boleh panas, tetapi hati tetap dingin,” . Meski banyak beban pikiran, banyak permasalahan, misalnya dengan rumitnya merumuskan gagasan, sulitnya meyakinkan gagasan, tetapi hendaknya tetap sabar, tenang, mampu mengendalikan diri untuk tidak terpancing emosi yang dapat menutupi logika diri.

Akan lebih baik lagi, kalau, apa pun yang terjadi, sepanas apa pun situasinya, hati tetap dingin, kepala pun dingin.

Rakyat sungguh-sungguh memerlukan teladan dari para elite untuk melakukan kampanye yang sejuk, bersahabat, bermutu dan mudah dipahami, agar mereka tidak salah pilih, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.

Jangan jadikan rakyat sebagai objek janji kosong, dan diadu dengan informasi hoaks, pembodohan, pengelabuan, yang merusak Indonesia dan generasi kita di masa depan. Demi kekuasaan sesaat.

Begitu pun rakyat jangan terjebak hasutan dan provokasi. Jangan karena beda jagoan terjadi perselisihan kemudian merusak persaudaraan (paseduluran).

Hendaknya tidak terbawa arus ikut mengkritisi hanya karena tak ingin disebut tidak ikut peduli, sementara tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Jangan serta merta ikut - ikutan menghujat hanya karena ingin dianggap masih bersahabat dengan mereka yang sedang menghujat, padahal belum tahu apakah orang dimaksud harus dihujat.

Mari dinginkan situasi, dinginkan hati kita, kepala kita menyongsong pemilu damai. (Azisoko).
 

Tags:
Kopi Pagiharmokodimas azisokoazisokodinamika politik

Administrator

Reporter

Fernando Toga

Editor