ADVERTISEMENT

Kopi Pagi Harmoko: Tebar Empati, Bukan Mimpi

Kamis, 30 November 2023 08:28 WIB

Share
Kopi Pagi Harmoko
Kopi Pagi Harmoko

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

“Empati akan berlanjut kepada tindakan nyata dalam kehidupan sehari- hari, bukan sebatas ungkapan rasa prihatin dan kesedihan. Bukan retorika membangun citra, tanpa aksi nyata.”
-Harmoko-
 
Berbagai pihak berharap agar kampanye pemilu berlangsung secara aman, tertib dan damai, berintegritas, tanpa politisasi SARA, tanpa hoax dan tanpa politik uang.

Harapan tersebut tentunya ingin menjadi kenyataan, bukan sebatas pernyataan yang telah diviralkan, termasuk oleh elite politik yang ikut berkontestasi baik dalam pilpres maupun pileg.

Bukan pula sebatas legalitas melalui ikrar dan deklarasi yang sudah ditandatangani bersama oleh ketiga paslon capres – cawapres dan 18 parpol peserta Pemilu 2024.

Legalitas adalah penting sebagai bentuk keabsahan dalam bertindak, tetapi menjadi mandul jika hanya teronggok dalam tumpukan berkas, tanpa adanya realitas.

Akan lebih terpuji jika tanpa legalitas pun, para elite yang sedang berkompetisi ini terus mengupayakan pelaksanaan kampanye yang berintegritas, dengan menjunjung tinggi nilai etik dan moral bangsa dalam berdemokrasi, sebagai bagian dari kehidupan berbangsa dan bernegara.

Yang hendak saya sampaikan adalah kampanye bukannya bebas tanpa batas. Bebas mengusung beragam program dan gagasan untuk meraih dukungan massa. Bebas menyatakan pendapat, beradu program dan gagasan, untuk meraih keunggulan.

Bebas berstrategi untuk sebanyak mungkin meraih simpati, tetapi bukan lantas menghakimi, mau menang sendiri dan menang – menangan dengan menghalalkan segala cara.

Menebar kebencian, permusuhan, fitnah dan berita hoax hendaknya disingkirkan dari dalam hati dan pikiran, lebih – lebih dalam ucapan dan perbuatan.

Adu gagasan untuk memajukan bangsa dan negara, memakmurkan rakyatnya, hendaknya dikedepankan, tetapi adu kekuatan (fisik), adu kekuatan massa kampanye, semestinya dihindarkan.

Sebab, tingkat keterpilihan bukan semata diukur dari besarnya jumlah massa yang hadir dalam kampanye. Bukan kerasnya yel – yel peserta kampanye, bukan kemeriahan panggung kampanye, bukan pula dari banyaknya bendera,poster, baliho dan spanduk dukungan yang memenuhi arena kampanye. 

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT