ADVERTISEMENT
Rabu, 3 Mei 2023 15:44 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Hal ini membuat Amerika murka dan memperingati Abdel Fattah kalau kerjasama dengan Rusia tetap dijalankan, Amerika tidak membantu Sudan terutama membantu dolar," kata Bossman.
Di sinilah asal pokok keributan, karena Muhammad Hamdan Dagalo sangat pro Rusia dan Abdel Fattah pro Amerika yang akan mengadakan Pilpres agar dirinya bisa bertanding di pilpres.
Dagalo tidak boleh ikut dan harus tetap menjadi orang nomor 2. Dagalo kemudian murka dan menyerang, berusaha mengkudeta Abdel Fattah dibantu Wagner.
Tiga Negara Besar Cawe-cawe di Konflik Militer Sudan
Kepentingan jangan panjang tentu menjadi pertimbangan mengapa ada tiga negara besar ikut cawe-cawe di konflik militer Sudan.
Sudan disebut Mardigu memiliki kekayaan mirip seperti Indonesia, ada tambang emas yang besar di mana 80 persen-nya dimiliki asing terutama Rusia dan Tiongkok.
Kemudian logam tanah jarang dan mineral berharga lainnya. Selain itu Sudan memiliki akses laut yang menghubungkan Laut Mediterania dengan terusan Suez ke Laut Arabia dan Samudra Hindia yang merupakan traffic tersibuk di dunia dalam maritim transportasi dan kekuatan transportasi dunia.
"Emas Sudan merupakan emas yang dipakai Rusia untuk bertransaksi ketika Rusia diembargo. Karena itu Amerika ngotot untuk kendalikan Sudan melalui pemimpin de facto Abdel Fattah Al Burhan," katanya.
Dari sisi Tiongkok, sahabatnya Rusia, military basenya sangat besar di Djibouti, tetangga Sudan, dengan lebih dari 20.000 personel dan kekuatan laut yang cukup besar.
Pertanyaannya, dengan Rusia dan Tiongkok di sana, apakah Amerika akan mundur? "Pastinya tidak. Sudan akan panjang," katanya soal konflik militer Sudan.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT