JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Tangis keluarga pecah saat pihak kepolisian menggiring kembali SP (43) salah satu tersangka kepemilikan kitchen lab atau dapur pembuatan narkotika berjenis ekstasi di Jalan Rawa Selatan 1, Johar Baru, Jakarta Pusat, Selasa (7/2/2023).
SP dan tiga tersangka lainnya ditangkap usai membuat dapur pembuatan narkotika jenis ekstasi di kawasan Slum Area itu.
Para tersangka dipertontonkan dengan gamblang dan dilihat oleh warga sekitar.
Di sisi lain, tiga orang wanita yang merupakan anak dan saudara SP nampak berharap cemas.
Terlihat, gelimang air mata terpancar saat SP tertunduk lesu di depan awak media.
Situasi yang padat keramaian awak media dan warga nampak pecah saat empat tersangka termasuk SP kembali digiring Polisi ke jeruji besi di bareskrim Polri.
Sebab, tiga orang perempuan nampak seketika memeluk SP.
"Bapak, jangan pergi bapak," kata salah seorang wanita diiringi isak tangisnya.
Momen tersebut juga membuat si 'peracik' narkotika jenis ekstasi ini tak bisa membendung tangisnya.
Ia, nampak memeluk dengan erat keluarga yang tidak ingin ditinggalkan olehnya.
Kendati demikian, suasana pilu hanya berselang sesaat.
Sebab, dengan sigap polisi harus kembali membawa SP ke kantor Polisi bersama empat sekawannya.
Tiga orang wanita yang merupakan keluarga tersangka SP itu tampak menangis histeris di tengah-tengah ramainya awak media dan warga yang mengikuti jalannya acara jumpa pers di kawasan Slum Area itu.
Sebelumnya diberitakan, Direktorat Tindak Pidana (Dittipid) Narkoba Bareskrim Polri mengungkap laboratorium pembuatan narkotika (kitchen lab) jenis ekstasi.
Kitchen lab ekstasi ini beroperasi dengan diinstruksikan narapidana di dalam lapas.
Wakil Direktur Tindak Pidana Narkotika Bareskrim Polri, Kombes Djayadi mengatakan terungkapnya kitchen lab ekstasi ini bermula ketika adanya laporan masyarakat.
Awalnya penyidik menangkap tersangka SP (43) dengan barang bukti 50 butir ekstasi.
"Berdasarkan pengakuan tersangka SP, dia diperintah dan mendapat bahan pembuatan diperoleh dari RM yang merupakan warga binaan di dalam lapas. Setiap butirnya diberi upah Rp5.000,” ujarnya kepada wartawan saat konferensi pers, Selasa (7/2/2023).
Penyidik kemudian melakukan penggeledahan di kediaman tersangka SP dan menemukan kitchen lab beserta 96 butir ekstasi dan 349,86 gram serbuk ekstasi.
Djayadi menjelaskan, pemeriksaan terhadap tersangka RM pun dilakukan dan dia mengakui prekursor didapat dengan membeli online dan mengirim kepada tersangka SP.
"Kemudian RM juga mengajak warga binaan lain berinisial MM untuk bekerja sama untuk mengedarkan hasil produksi ekstasi tersebut dengan upah Rp10 ribu per butir," bebernya.
Dari pengungkapan ini penyidik menyita barang bukti sebanyak 146 butir ekstasi berbagai logo dan 349 gram serbuk ekstasi dari tersangka SP, 37 gram tembakau sintesis dari tersangka MR, peralatan kitchen lab, dan alat komunikasi.
Para tersangka dikenakan Pasal 119 Ayat (2) Jo Pasal 132 Ayat (1) UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika subsider Pasal 117 Ayat (2) Jo Pasal 132 Ayat (1) UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika.
Sementara terkait kepemilikan tembakau sintetis, tersangka dijerat terkait narkotika golongan 1, yaitu primernya Pasal 114 subsider Pasal 112 UU 35/2009. (pandi)