EROPA, POSKOTA.CO.ID - Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell meminta maaf atas pernyataan kontroversialnya.
Dia sebelumnya secara blak-blakan membuat pernyataan pada bulan ini yang menggambarkan Eropa sebagai taman dan kemakmuran yang indah. Sementara sebagian besar dunia sebagai hutan.
"Beberapa orang telah salah mengartikan metafora itu sebagai Eurosentrisme kolonial," tulis Josep Borrell dalam sebuah unggahan blog. "Saya minta maaf jika ada yang merasa tersinggung."
Tetapi dia tidak menolak kiasan tersebut dan malah menggandakannya. Dengan alasan istilah hutan adalah ilustrasi yang tepat dari pelanggaran hukum dan kekacauan yang saat ini menguasai politik dunia.
"Referensi saya untuk hutan tidak memiliki konotasi rasis, budaya, atau geografis," kata diplomat itu. "Sayangnya, hutan ada di mana-mana, termasuk hari ini di Ukraina."
Dikutip dari Euro News, kontroversi tersebut dimulai ketika Josep Borrell berbicara di depan audiensi di Akademi Diplomatik Eropa di Bruges Belgia.
"Eropa adalah taman. Kami telah membangun taman. Semuanya berfungsi. Ini adalah kombinasi terbaik dari kebebasan politik, kemakmuran ekonomi, dan kohesi sosial yang telah dapat dibangun umat manusia. Tiga hal bersama-sama," kata Josep Borrell selama acara tersebut.
"Seluruh dunia," lanjutnya, "bukanlah taman. Sebagian besar bagian dunia lainnya adalah hutan dan hutan bisa menyerang taman."
Josep Borrell kemudian muncul untuk menyebut para Duta Besar Uni Eropa sebagai "tukang taman" dan mendesak mereka untuk pergi ke hutan. Yaitu untuk melakukan pekerjaan diplomatik mereka di seluruh dunia dan memajukan agenda geopolitik blok tersebut.
"Taman kecil yang bagus dikelilingi tembok tinggi untuk mencegah masuknya hutan bukanlah solusi. Karena hutan memiliki daya tumbuh yang kuat dan tembok tidak akan pernah cukup tinggi untuk melindungi taman," kata dia.
"Orang-orang Eropa harus lebih terlibat dengan seluruh dunia. Jika tidak, seluruh dunia akan menyerang kita, dengan cara dan makna yang berbeda."
Komentar diplomat tersebut pada awalnya dibayangi oleh prediksinya yang blak-blakan, yang disuarakan dalam acara yang sama, bahwa tentara Rusia akan dimusnahkan jika menggunakan senjata nuklir untuk melawan Ukraina.
Namun metafora "taman versus hutan" mendapatkan daya tarik di media sosial. Kemudian memicu reaksi terhadap diplomat tersebut atas apa yang dilihat banyak orang sebagai nada merendahkan, tidak menyentuh, dan rasis, serta cerminan nyata dari kompleks superioritas lingkungan Barat atas Global Selatan.
Klip video di Twitter menerima ratusan ribu tampilan. Media internasional, seperti New York Times dan Al Jazeera, menawarkan liputan kritis tentang dampak tersebut.
Uni Emirat Arab memanggil penjabat kepala delegasi Uni Eropa di negara tersebut dan meminta penjelasan atas pernyataan yang tidak pantas dan diskriminatif.
Anggota Parlemen Eropa (MEP) sayap kiri Marc Botenga menyebut komentar Josep Borrell berakar pada kolonialisme dan rasisme.
Josep Borrell mengaku sangat baik-baik saja ketika ditanya tentang meningkatnya kritik atas pernyataannya.
Dia menambahkan setiap hari sama intensnya dengan yang sebelumnya.
Josep Borrell, seorang sosialis Spanyol dari Catalonia, yang menjadi sukarelawan pada 1969 di sebuah koloni kibbutz yang didirikan kolonis Yahudi Polandia pada 1946.
Diplomat tersebut menawarkan permintaan maaf yang hati-hati usai serangan balasan yang berlanjut. Tetapi dia tetap pada pendiriannya dan tetap berpegang pada metafora tersebut.
"Metafora taman dan hutan bukanlah penemuan saya. Beberapa benar-benar tidak menyukainya karena antara lain telah digunakan oleh neo konservatif Amerika Serikat. Tetapi saya jauh dari aliran pemikiran politik ini," tulisnya di blog pribadi.
"Sayangnya, dunia tempat kita hidup saat ini semakin terlihat seperti hutan dan semakin tidak seperti taman karena di banyak bagian dunia, hukum yang paling kuat mengikis norma-norma internasional yang disepakati."
Josep Borrell mengatakan Eropa telah berhasil menggantikan perang berabad-abad dengan perdamaian abadi, kerja sama, dan supremasi hukum. Sementara negara-negara lain di luar benua itu, seperti Rusia, menggunakan kekuatan, intimidasi, dan pemerasan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
"Saya juga memiliki cukup pengalaman untuk mengetahui bahwa baik Eropa maupun Barat tidak sempurna dan bahwa beberapa negara Barat terkadang melanggar legalitas internasional." ucapnya.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa merayakan resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa baru-baru ini di mana 143 negara memilih untuk mengutuk pencaplokan ilegal Rusia atas empat wilayah Ukraina.
Hanya lima negara yang memberikan suara menentang teks tersebut sementara 35 abstain.
"Ini menunjukkan ada banyak orang di seluruh dunia yang menginginkan sistem berbasis aturan, tidak ada yang diatur oleh sikap mungkin membuat benar," tulis Borrell dalam unggahan blognya.
"Karena itu tukang taman, mereka yang ingin membangun ketertiban yang damai dan sah, di mana pun harus bersatu dan bekerja sama untuk mengalahkan hutan.” ***