JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - ASEAN seperti sudah kehabisan akal dan tidak tahu lagi harus melakukan apa terhadap Myanmar.
Penilaian ini datang dari Pengamat Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran Teuku Rezasyah.
Isu Myanmar diperkirakan akan tetap menjadi perhatian. Terlebih dalam KTT G20 dan KTT APEC bulan depan.
"Dengan tidak diundangnya kepala negara Myanmar itu sudah merupakan sanksi sebenarnya. Tetapi kita terbiasa tidak mengatakan itu sanksi. Sebenarnya itu sanksi,” ucap Rezasyahbseperti dikutip dari VOA pada Jumat (28/10/2022).
Dia melanjutkan,”Kita kan tidak mau mempermalukan dia juga. Dia akan kehilangan momentum KTT G20, akan kehilangan momentum KTT APEC, dan kehilangan momentum KTT ASEAN dalam waktu dekat.”
Piagam ASEAN yang tidak memuat aturan mengeluarkan negara anggota yang melanggar Piagam ASEAN merupakan sebuah kelemahan.
Rezasyah menilai inilah saatnya merevisi Piagam ASEAN. Yakni dengan membuat aturan khusus tentang sanksi yang bertahap. Mulai dari yang paling lunak hingga keras.
Negara yang tidak dapat diberi masukan dapat dikenai sanksi misalnya tidak diundang dalam KTT selama tiga tahun.
Sanksi tersebut bisa diubah jika anggota yang melanggar bersedia melakukan perbaikan-perbaikan mengikuti PIagam ASEAN dan hukum internasional.
Dia memandang molornya penyelesaian krisis politik di ASEAN ini telah membuat malu ASEAN dan menurunkan kredibilitas ASEAN di mata masyarakat internasional.
Hal ini juga menjadikan Myanmar makin dekat dengan Tiongkok. ***