JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pengamat politik Rocky Gerung menilai pencapresan Anies Baswedan tertahan karena adanya bau kepalsuan, di sana tercium aroma koalisi amplop.
Rocky Gerung mengatakan, tertahannya rencana membentuk koalisi, ini semua soal harga politik pencapresan ini. "Soal Anies ini, harga cawapres lebih mahal daripada capresnya," kata Rocky sebagaimana disampaikan dalam kanal Youtube Rocky Gerung Official, kemarin (Jumat, 28/10/2022).
Padahal, lanjut dia, di daerah-daerah Anies sudah dielu-elukan. Mereka keluar uang sendiri demi Anies, tidak ada sinyal uang dari oligarki. Rocy berharap, hal seperti ini jangan sampai dipatahkan dengan ketidakberanian parpol koalisi untuk menyatakan bahwa Anies antitesa Jokowi. Relawan akan patah semangat, dan posisi Anies akan batal, kalau disebut sebagai penerus Jokowi.
"Jadi, gairah mencari pemimpin baru ini jangan dibatalkan, bahwa pemimpin baru penerus Jokowi, itu akan batal di situ," ujarnya.
Ditegasknnya, relawan itu rela keluar uang sendiri, demi Anies bertempur dengan calonnya Istana.
Namun, Rocky membaca, di situ justru yang dipermainkan oleh potensi koalisi, PKS dan Demokrat masih zig zag di situ. "Zig zag buat apa, ya tentu buat memenuhi kriteria Anies soal cawapres. Tapi, pada saat yang sama mereka tahu Anies nggak mungkin jadi Presiden tanpa dukungan PKS, misalnya," katanya.
Parahnya, menurut Rocky Gerung, terbaca bahwa di internal PKS ada dua faksi yang berbeda keinginannya, satu faksi secara jujur mendukung Anies. Yang laini, faksi yang minta mahar, mau mendukung, tapi minta mahar.
"Saya baca juga di PKS ada dua faksi. Faksi yang secara jujur menginginkan Anies secara jujur, dan membantu Anies. Ada faksi lain yang menginginkan Anies, minta mahar dari timnya Anies. Kalau mau fair, minta saja ke Nasdem, kan Nasdem yang jadi operatornya kan," tegs Rocky.
" Ya mustinya, Nadem kirim uang ke PKS atau Demokrat, kasarnya begitu kalau kita baca, karena ditahan-tahan kan," katanya.
Menurut dia, mungkin nanti ada pembicaraan supaya, oke cawapresnya si ini, duitnya dari si itu. "Dan karena itu, terhadap yang lain perlu disogok, supaya tidak baper, kira-kira begitu. Ini buruknya politik Indonesia, sudah ada tokohnya, yang di bawah ditahan-tahan."
Kalau kita hitung secara gampang, lanjutnya, elektabilitas dari Nasdem, Demokrat, PKS, ya Demokrat yang paling tinggi. Tetapi karena elektabilitas AHY di bawah Anies, diterima sebagai faktor politik, karena itu harus nego dengan Nasdem.
Yang nego dengan Nasdem sebenarnya Surya Paloh dan SBY yang tidak mungkin langsung duduk sama-sama, karena egonya masing-masing kita tahu egonya Surya Paloh dan SBY sama.
Itu sebenarnya apa yang terjadi, ya itu tukar tambah kepentingan materiel lebih penting daripada membayangkan masa depan kepentuingan bangsa. Jadi, parpol pendukung Anies ada palsunya bahkan tercium aroma koalisi amplop, karena lebih mementingkan materiel.
"Jadi, ada palsunya juga koalisi ini, koalisi ini koalisi amplop, sebetulya dasarnya. Bahwa ada yang berpikir masa depan, itu belakangan," kata Rocky Gerung.
Nah,yang lebih penting, kita mendapat kepasatian, kalau koalisi Anies ini diucapkan, misalnya 10 November, harus harus pasti bagi relawan, yaitu mereka koalisi ini akan mendukung Anies sesuai keinginan relawan, yaitu Anies sebagai antitesis Jokowi.
"Kalau tidak terjadi, saya khawatir banyak relawan, wah kalau gitu, tak ada gunanya saya mengumpulkan uang secara volunteer untuk memback-up Anies, lha Anies sudah banyak uang, Ini yang mematahkan semangat relawan, padalah Anies pertama kali dideklarasikan oleh relawan, bukan Nasdem," tandas Rocky Gerung. (win)