ADVERTISEMENT
Jumat, 14 Oktober 2022 19:00 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dari sisi pengelolaan pertandingan, dibutuhkan manajemen yang lebih serius. Dalam setiap pertandingan harus ada petugas yang bertanggung jawab terhadap keamanan dan kenyamanan semua yang terlibat pertandingan. Orang yang disebut security officer itu harus berlisensi. Tidak asal tunjuk.
“Di Indonesia safety officer sepertinya tidak ada. Klub-klub itu rata-rata tidak punya safety officer yang bersertifikat,” keluhnya.
Sementara penonton perlu literasi supporter.
“Jadi penonton harus dididik melalui literasi bahwa mereka itu ketika menjadi supporter adalah bagian yang memperkuat klub. Memberi dukungan pada saat menang maupun saat kalah. Fokus ke tim sendiri bukan ke tim lawan. Ini yang sering terbalik. Suporter tidak fokus timnya sendiri malah sibuk mengintimidasi tim lawan. Dia lupa ketika melakukan tindakan anarkis maka yang rugi klubnya sendiri yang pada akhirnya dihukum,” terang Mohamad Kusnaeni.
Literasi supporter perlu diambil negara. Harus ada pendidikan dengan menanamkan kesadaran bahwa kalau kita mencintai sesuatu, kita harus bertanggung jawab dan dan sedapat mungkin tidak merugikan tim yang kita cintai.
Dia juga menyebutkan soal penegakan hukum. Kalau penonton membuat kericuhan maka harus dihukum. Tidak cukup dengan dikumpulkan, dijemur, atau disuruh push up yang menurutnya tidak menimbulkan efek jera. ***
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT