JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Salah satu tersangka kasus pembunuhan Brigadir J atau Nofriansyah Yosua Hutabarat yakni Ricky Rizal (Bripka RR) kembali mengungkap kesaksiannya soal kejadian di Magelang.
Bripka RR menyebut tak mencurigai adanya dugaan pelecehan seksual terhadap istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi yang dilakukan Brigadir J.
Terkait sosok yang menangis di Magelang, Bripka RR menyebut bahwa ia bukan Putri Candrawathi. Polisi asal Brebes, Jawa Tengah itu juga menyaksikan ketegangan antara Brigadir J dan Kuat Maruf.
Kuasa hukum Bripka RR, Erman Umar mengatakan kliennya turut serta dalam perayaan Hari Jadi pernikahan Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi.
Dalam kesaksiannya, Bripka RR melihat sosok yang menangis di lantai dua rumah adalah asisten rumah tangga (ART) Ferdy Sambo yakni Susi. Sementara, Putri Candrawathi tengah berbaring di kamarnya.
Menurutnya, hal itu tidak menjadi ciri telah terjadi pelecehan seksual. Sebab pada saat yang sama, Putri Candrawathi mencari Brigadir J.
"Yang memang menjadi pertanyaan saat itu, apa penyebab Susi menangis. Bripka RR tidak tahu penyebabnya, padahal Ibu PC tidak menangis dan berbaring di kamarnya,” kata Erman pada Selasa (13/9/2022).
“Semuanya diam, soal Susi menangis ini, dan RR tidak tahu penyebab Susi menangis," lanjutnya.
Pengacara Bripka RR juga mengatakan bahwa saat itu Bripka RR ditugaskan menjaga kedua anak Ferdy Sambo yang masih bersekolah di SMA Taruna Magelang.
"Di mana mereka duduk di kelas I dan III. Namun saat pandemi dan sekolah online, Bripka RR juga tugas di Jakarta," kata Erman.
Erman lanjut menegaskan bahwa Bripka RR tidak mengetahui adanya kejadian penembakan tersebut. Pada tanggal kejadian tersebut, Bripka RR tengah bersama
Ia menegaskan bahwa kliennya tidak mengetahui adanya kejadia penembakan tersebut, karena pada tanggal kejadi tersebut, kliennya tengah bersama dua anak Ferdy Sambo di Taruna Nusantara bersama (Richard Eliezer) Bharada E. Namun, saat di sekolah mereka diminta pulang oleh Putri Candrawathi.
"Dia dipanggil sama ibu PC, di suruh pulang ke rumah, panggilan saat itu lewat telepon kepada Richard," kata Erman.
Erman lanjut menjelaskan bahwa ketika Bripka RR kembali ke rumah, lantai 1 rumah tersebut kosong. Ia lalu naik ke lantai atas dan mendapati Kuat Ma’ruf dalam kondisi panik dan tegang dan menanyakan keadaannya.
" Dia tanya, ada apa Pak Kuat? Pak Kuat jawab, 'Enggak itu tadi si Yosua, naik turun naik turun, saya tanya, dia lari ke bawah. Dia gak mau dengar saya. Kenapa itu anak, itu jawaban Kuat," kata Erman.
"Saat itu kata Ricky, kondisi Susi menangis," lanjutnya.
Lebih lanjut, Erman mengatakan bahwa kliennya sempat melihat Kuat Maruf mengancam Brigadir J dengan pisau saat polisi asal Jambi itu ingin naik ke lantai dua. Brigadir J saat itu ingin melihat keadaan Putri Candrawathi yang diduga sakit.
"Tapi dihalangi oleh Kuat dengan pakai pisau. Akhirnya Josua turun lagi ke bawah," katanya.
Erman lalu melanjutkan bahwa Kuat akhirnya mempersilahkan Bripka RR melihat kondisi Putri Candrawathi. Saat itu istri mantan Kadiv Propam tengah berbaring di kamar lantai 2.
"Dia buka pintu kamar ibu, dan tanya. 'Ada apa Bu?'. Ibu tidak menjawab, tetapi malah bertanya. 'Yosua dimana?'," kata Erman.
Lantas ketika Bripka RR hendak turun ke lantai 1 untuk menemui Brigadir J, ia mendapati Brigadir J tengah bersitegang dengan Kuat Ma’ruf.
Sontak pada saat itu Bripka RR berinisiatif untuk menyembunyikan senjata api milik Brigadir J agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan seandainya terjadi pertengkaran.
"Kemudian dia berinisiatif, yang mungkin diketahui juga sama Richard. Bagaimanapun Yosua ada senjatanya. Ada pisau dan senapan panjang. Bripka RR berinisiatif dipindahin senjatanya ke kamar anaknya Sambo. Di kunci di kamar itu senjatanya. Karena Bripka RR khawatir ada apa-apa. Sebab sebelumnya kan ada ketegangan antara Brigadir J dengan Kuat," ujar Erman.
"Kemudian Bripka RR turun ke bawah. Dia cari Yosua. Karena perintah Ibu PC kan, tanya Yosua dimana?" kata Erman.
Bripka RR juga sempat menanyakan pada Brigadir J soal masalah yang terjadi dengan Kuat Ma’ruf. Namun, Yosua mengatakan bahwa ia tidak mengerti mengapa Kuat marah kepadanya.
"Bripka RR tanya ke Josua, ada apa dan kenapa bersitegang dengan Kuat. Yosua menjawab agak marah, 'Iya bang, saya nggak ngerti itu kenapa Om Kuat, marah-marah ke saya'. begitu jawaban Yosua," kata Erman.
Usai mendapatkan perintah dari Putri Candrawathi, Brigadir J akhirnya naik ke lantai atas dengan didampingi Bripka RR.
Brigadir J masuk ke kamar Putri Candrawathi, sementara Bripka RR menunggu di pintu dan agak berjarak.
"Josua masuk ke kamar dan duduk di bawah, sementara Ibu PC tetap berbaring di kasur. RR tidak ikut masuk ke kamar," kata Erman.
"Sehingga Bripka RR tidak mendengar pembicaraan Brigadir J dengan Putri Candrawathi," lanjutnya.
Tak lama kemudian, Brigadir J keluar dari kamar dan turun ke lantai 1 bersama Bripka RR. Erman mengatakan kliennya khawatir jika ada pertengkaran lanjutan.
"Pada saat mereka turun, Bripka RR ikuti Yosua, karena khawatir supaya jangan ada pertengkaran lagi dengan Kuat Maruf. Bripka RR antar sampai ke bawah. Dia sempat tanya Yosua juga, ada apa lagi. Yang kedua ini jawaban Yosua melunak, 'Udah bang, nggak ada apa-apa bang'. Ini berbeda dengan pertama sebelum Yosua bertemu Ibu," katanya.
Bripka RR mengaku sama sekali tidak melihat adanya dugaan pelecehan seksual atau kekerasan seksual kepada Putri Candrawathi yang diduga menjadi motif pembunuhan berencana terhadap Brigadir J. Erman mengungkap bahwa kejadian di Magelang tidak seperti yang dibayangkan. (*)