Omicron BA.4 dan BA.5 Masuk Indonesia, Epidemiologi: Kemungkinan Gelombang Ketiga Terjadi, jangan Euforia

Senin 13 Jun 2022, 17:37 WIB
Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health Griffith University, Australia, Dicky Budiman. (rizal/tangkapan layar)

Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health Griffith University, Australia, Dicky Budiman. (rizal/tangkapan layar)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Omicron BA.4 dan BA.5 yang banyak memicu lonjakan kasus Covid di banyak negara Eropa, Amerika Serikat, dan sebagian Asia kini sudah masuk Indonesia

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat, hin gga Minggu (12/6/2022) sebanyak delapan orang dinayatakan terpapar subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. Enam di antaranya terapapr BA.5 dan dua lainnya terpapar virus Omicron BA.4.

Ahli Epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, tak menutup kemungkinan mutasi varian Omicron BA.4 dan BA.5 ini dapat memicu gelombang ke tiga.

"Kehadiran BA.4 dan BA.5 sebetulnya secara jelas potensi peningkatan itu ada dan potensi adanya gelombang (ketiga) itu ada" kata Dicky saat dihubungi Poskota.co.id, Senin (13/6/2022).

Namun, dikatakan Dicky, terjadinya gelombang ke-tiga ini varian BA.4 dan BA.5 ini tidak begitu berbahaya. Sebab, imunitas yang dibangun masyakat Indonesia sudah cukup kuat dan yang.

"Hanya bedanya sekali lagi gelombang yang timbul ini adalah gelombang yang tidak serta merta bareng kasus inveksi dan kasus kesakitan dan kematian tidak pararel tidak dalam pola atau tren yang sama itu yang terjadinya gelombang itu kasus infeksi saja," ujar Dicky.

Tetapi, lanjut Dicky, infeksi orang gak bergejala atau kalaupun bergejala hanyalah bergejala ringan. Hal tersebut dikarenakan masyarkat Indonesia sudah mekakukan vaksinasi minimal sebanyak 2 dosis.

"Karena modal imunitas kita sudah banyak apalagi sejak kasus delta dengan kombinasi vaksin, apalagi 2 dosis nah kasus kesakitannya dalam gelombang BA.4 dan BA.5 ini gak terlalu signifikan potensinya kemudian juga kematiannya," tandasnya.

Walaupin potensi kematian dan kesakitannya tak signifikan, Dicky tetap mengimbau kepada masyakrakat Indonesia jangan terlalu euforia sehingga mengabaikam protokol kesehatan. Sebab, pandemi itu masih ada.

"Pandemi itu masih ada dan gak boleh kita euforia selama dunia ini dalam status pandemi kita harus berhati-hati karena kalau tidak ya kita akan makin mundur," pungkas Dicky.

"Jika masyarakat kita khusunya Jakarta tetap euforia selama dunia statusnya masih pamdemi, kata Dicky, maka target Indoneisa keluar dari situasi krisis sangatlah susah," tutupnya menambahkan.

Sementara itu, diberitakan sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengimbau kepada masyarakat untuk tetap selalu waspada sekalipun sudah diperkanankam tidak menggunakn masker.

Pasalnya, DKI Jakarta masih menjadi penyumbang kasus aktif terbanyak, yakni 2.063 kasus, jauh lebih tinggi dari Jawa Barat di urutan kedua sebanyak 797 kasus.

"Kita ini sudah seusai libur lebaran dan ada peningkatan, untuk itu kami minta (waspada) sekalipun suda diperkenankan tidak menggunakan Masker di ruang terbuka," ujar Wakil Gubenur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria di Balaikota DKI Jakarta, Senin (13/5/2022).

Sebagai infomasi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeteksi tiga subvarian baru Omicron yang lebih menular dari subvarian asli dan lainnya. Yakni, BA.2.12.1, BA.4, dan BA.5.

Data WHO menunjukkan, kasus BA.2.12.1 yang sudah terdeteksi di 53 negara saat ini mendominasi 27,83 persen dari total kasus varian Omicron secara global. 

Sementara kasus BA.5 telah terdeteksi di 47 negara dan BA.4 yang terdeteksi di 42 negara masing-masing menyumbang 4 persen dan 2,38 persen dari total kasus varian Omicron secara global. (CR01)

Berita Terkait
News Update