Sementara di Aceh, ICW mendapatkan ada pesantren fiktif yang turut menerima bantuan, sehingga tidak tepat sasaran.
Dalam laporan yang telah dirangkum Poskota, Selasa (31/5/2022), ICW memberikan rincian bantuan tahap I hingga III tidak tepat sasaran, khususnya di wilayah Aceh.
Sebagai contoh, pesantren kategori besar tapi menerima bantuan kecil.
Sementara itu, pesantren sedang malah menerima bantuan kategori besar.
Pemilihan tersebut juga dibedakan berdasarkan jumlah santri.
Lebih lanjut, ICW turut memantau BOP untuk Kabupaten Aceh Utara dan Bireuen.
"Hasilnya, 3 dari 23 pesantren tidak dapat ditemukan keberadaannya," tulis ICW pada halaman 23.
Secara spesifik, lembaga antikorupsi itu menjelaskan, satu pesantren tidak mencantumkan alamat lengkap.
Sedangkan dua lainnya, tidak ditemukan lokasinya.
"Keberadaan pesantren tidak dapat ditelusuri dan diperkuat dengan keterangan warga sekitar, yang menyatakan tidak ada pesantren di wilayahnya," tulis laporan ICW.
Yang lebih mengagetkan, pusat pendidikan Islam tersebut justru mendapat bantuan sebesar Rp40 juta, yang seharusnya diperuntukkan bagi pondok pesantren kategori sedang dengan jumlah 500 hingga 1.500 santri.
"Berdasarkan hasil pemantauan dan perhitungan, sebagaimana dijelaskan di atas, total nilai bantuan yang tidak tepat sasaran di Provinsi Aceh mencapai Rp7.060.000.000," tulis laporan ICW.