Psikolog muda Wulansari Ardianingsih menyadari, pada usia tertentu kebutuhan emosial seseorang untuk diterima maupun kebutuhan kasih sayang menjadi hal paling penting. Sehingga mudah terjebak tipu muslihat pelaku love scame.
"Ketika kebutuhan itu dipenuhi orang asing. Apalagi kalau jatuh cinta otak bagian berpikir kritisnya tak bisa bekerja optimal, akhirnya kita melakukan tindakan tidak rasional. Misalnya, transfer uang, kok mau dimanupilasi," jelas Wulan.
Merespons hal tersebut, Kanit Subdit I Dittipidsiber Bareskrim Polri AKBP Rumi Untari menyatakan, pihaknya tentu dapat mengungkap tindak kekerasan gender online tersebut. Pelaku biasanya terbagi menjadi kelompok kecil.
"Bisa sekali (menangkap sindikat), permasalahannya sindikat itu tak hanya satu. Mereka terpisah-pisah, tidak menjadi kelompok besar. Ada juga yang main sendiri atau maksimal tiga orang," tutur Rumi.
Para pelaku memiliki tugas dan peran masing-masing, ada yang melancarkan rayuan kepada korban, ada yang berupaya mengelabuinya untuk melakukan transfer uang dan melakukan eksekusi kejahatan tersebut.
"Kejahatan ini menular ke orang atau pelaku lain. Ketika melihat betapa mudahnya, mendapat uang tidak perlu susah payah, kalau dibandingkan kejahatan konvesional. Seperti mencuri atau merampok," tutup Rumi. (Pandi)