JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Psikolog Forensik Reza Indragiri menanggapi kasus tewasnya wanita hijaber bernama Dini Nurdiani (26) asal Cengkareng, yang dilakukan oleh istri selingkuhannya yakni NU (24).
Diketahui, pelaku tega membunuh korban lantaran cinta segitiga yang terjalin antara korban Dini dengan suami pelaku berinisial ID. Alhasil, pelakupun geram dan merencanakan pembunuhan kepada Dini.
Menurut Reza, kasus ini sangat menarik untuk dinantikan, terlebih para pegiat perempuan, termasuk Komnas Perempuan, memotret aksi kejahatan terhadap perempuan yang dilakukan oleh perempuan.
"Bisa dibayangkan, dikhianati itu menyakitkannya luar biasa bagi si pelaku (NU). Banyak sudah riset tentang itu. Bahkan ada temuan bahwa sekitar separoh kasus bunuh diri di kalangan personel militer di Amerika Serikat disebabkan oleh perselingkuhan pasangan. Itu menunjukkan betapa kehilangan orang yang dicintai, bahkan bagi tentara sekalipun, terasa sangat pedih," kata Reza saat dikonfirmasi, Senin (16/5/2022).
Menurut kacamata Reza, cinta segitiga yang dialami oleh pelaku merupakan suatu bentuk tindakan yang dianggap dapat menyakitkan pelaku.
Sehingga dianggap wajar jika pelaku kehilangan kendali dan nekat merencanakan pembunuhan kepada korban yang dianggap sudah mengganggu keharmonisan rumah tangganya.
"Parameternya adalah, pertama, pelaku melakukan pembunuhan semata-mata karena ada provokasi eksternal. Kedua, relatif singkat jeda waktu antara gelegak amarah dan perilaku agresif. Ketiga, tindakan pelaku setara dengan penderitaan yang ia alami akibat perbuatan korban," jelas Reza.
Dikatakan Reza, amarah yang berlanjut dengan pembunuhan, justru bisa jadi nanti akan berlanjut ke depresi. Depresi, kata Ilmuwan, merupakan gerbang menuju ke arah bunuh diri.
"Alhasil, andaikan tidak membunuh (sebagai luapan amarah), tidak tertutup kemungkinan si NU malah bunuh diri akibat depresi," ucap Reza.
Sementara itu, Reza membayangkan jika ketika pelaku sedang membunuh, pelaku sedang berada di fase amarah yang memuncak. Ketika pelaku dapat menahan amarah dan gagal membunuh, maka kemungkinan besar pelaku akan masuk ke fase depresi.
Apabila dia tidak mampu keluar dari fase depresi, maka pada saat itulah kemungkinannya adalah pelaku nekat melakukan aksi bunuh diri.
"Tapi kalau dia mampu mengatasi depresinya, maka dia selamat. Di fase terakhir, yakni acceptance, dia akan bisa menerima kenyataan. Sedih mungkin tetap ada. Juga amarah. Tapi tidak sampai dimuntahkan ke dalam perilaku agresif," pungkas Reza. (Pandi)