ADVERTISEMENT
Kamis, 12 Mei 2022 17:00 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
“Kemampuannya untuk memiliki kendali yang begitu besar, untuk mengontrol konten demi kepentingan pribadi, alih-alih kepentingan bersama,” imbuh Christie.
Twitter sempat dikenal sebagai corong mantan Presiden AS Donald Trump sebelum platform itu memblokirnya.
Elon Musk yang memproklamirkan diri sebagai “pembela hak kebebasan berpendapat” menyatakan ingin mereformasi apa yang dianggapnya sebagai upaya moderasi yang berlebihan di Twitter.
Beberapa pihak khawatir pelonggaran moderasi Twitter justru akan memperburuk kondisi demokrasi.
Jochen Ahlswede, warga Jerman, menganggap Elon Musk bukanlah sosok yang tepat untuk mendefinisikan batasan-batasan platform sebesar Twitter.
“Insiden Presiden Trump, saya rasa, menunjukkan bahwa platform-platform ini punya pengaruh begitu besar terhadap diskursus public. Jadi saya rasa bukan ide yang baik apabila pengaruh ini ada di tangan satu orang saja dan saya pikir Musk juga seseorang yang bertindak menurut kepentingan finansialnya. Bukan kepentingan masyarakat.”
Elon Musk dalam pernyataan yang dirilis Twitter mengatakan,“Kebebasan berpendapat adalah landasan demokrasi yang sehat dan Twitter adalah lapangan digital di mana hal-hal yang penting bagi masa depan umat manusia diperdebatkan.”
“Saya rasa suara masyarakat telah diredam dan kita perlu mendengar semua pendapat mereka,” ucap Laura, pensiunan asal Minnesota.
Perusahaan publik itu kini akan menjadi perusahaan swasta yang dimiliki oleh Elon Musk yang menegosiasikan pembelian dengan harga $ 54,20 per lembar saham. ***
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT