NGGRIS - Seorang pemain Timnas Inggris diperas setelah ngamar dan berhubungan seks dengan seorang pelacur transeksual beberapa kali.
Ceritanya ada pengawal, memotret dan merekam video pemain, serta menyimpan pesan teks. Itu terjadi pada tahun 2021.
Di kemudian hari , sebelum menggunakan ini untuk menuntut dia membayar £ 30.000 (poundsterling, atau setara Rp536.520.000, Rp536 juta dengan kurs 1 Pound = Rp17.884).
Setelah awalnya membayar jumlah ini karena takut teman kencannya diketahui publik, pemain itu kemudian pergi ke polisi.
Insiden itu terungkap dalam laporan The Sun, yang memutuskan untuk tidak mengungkapkan identitas sang pemain.
Media itu hanya menyatakan bahwa dia adalah "menyebut sesuatu" yang bermain untuk klub Liga Premier dan timnas Inggris.
The Sun menjelaskan bahwa pesepakbola menghubungi pelacur transeksual (transgender) pra-operasi setelah menemukan profilnya di situs web pendamping.
Dia mengunjunginya beberapa kali dan diduga membayar £150 (Rp2.682.600) untuk seks pada April 2021.
Lantas, Pemain Timnas Inggrs itu membawa kasus pemerasan ke polisi. Dia menceritakan, setelah awalnya membayar uang pemerasan yang diminta, pemain kemudian pergi ke polisi.
Namun, setelah lapor polisi itu, pesepakbola Timnas ini malah kalang kabut pikirannya.Karena dia merasa serba salah.
Kasus itu akhirnya dibatalkan karena dia memutuskan tidak mau memberikan bukti yang diperlukan polisi, karena kalau memberikan barang bukti, dia merasa takut kalau jatidirinya, dan juga wanita transgender itu terungkap.
"Tidak ada yang tahu apakah pemain mengetahui wanita itu transgender, tapi dia putus asa untuk tetap diam begitu pemeras mengancam akan mengekspos dia," jelas seorang sumber kepada media tersebut. Serba salah dia.
Dia telah menyerahkan uang kepada pemeras, dia berikan tidak langsung cash tapi dalam beberapa kesempatan. Pemeras terus menekan. Maka, karena jengkel, ia lapor ke polisi.
"Dia menyerahkan uang tunai pada beberapa kesempatan sebelum menyadari bahwa satu-satunya cara untuk menghentikan situasi adalah dengan pergi ke polisi.
Polisi pun bertindak mencari barang bukti. Tapi, tetap saja pikiran pemain bola itu kalang kabut. Di benaknya takut namanya tercoreng dan dilecehkan fans karena kasus dengan wanita transeksual.
"Mereka ingin mengumpulkan bukti karena pemerasan adalah kejahatan serius, tetapi pesepakbola itu benar-benar khawatir namanya akan keluar dan itu akan menyebabkan dia dilecehkan oleh penggemar," kata sumber itu.
Ternyata, dia tetap tak mau memberikan barang bukti. Dan dia mencoba memilih diam, tak menuruti permintaan polisi.
"Dia hanya ingin menguburnya sehingga, terlepas dari upaya petugas, dia menolak untuk bekerja sama," lanjutnya.
Tapi ini membuat polisi mencari jalan sendiri untuk menyelidiki plot pemerasan tanpa korban, pemain itu tidak dimintai barang bukti.
"Mereka perlu melihat pesan ponselnya dan juga transfer bank, jadi mereka tidak punya pilihan selain dengan enggan membatalkan kasusnya," tutur sumber. (*/win)