JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Polemik soal rencana Pemerintah akan mengalihkan kompor gas elpiji (LPG) ke kompor induksi dengan tenaga listrik, menjadi polemik di tengah-tengah masyarakat.
Pastilah, karena hal ini sangat menyangkut dengan kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangga, khususnya kalangan ibu-ibu yang merupakan sang juru masak di rumah.
Pengalihan ini tak serta merta dapat diterima begitu saja, mengingat kebutuhan masyarakat di tengah pandemi Covid-19 ini betul-betul seperti tercekik.
Munculnya isu baru, di mana PT PLN (Persero) dengan dukungan pemerintah, akan mengambil alih pasokan tenaga listriknya untuk urusan masak memasak dengan kompor induksi.
Mulai tahun 2022, PT. PLN (Persero) mulai mensosialisasikan kompor induksi sebagai program konversi dari kompor Liquified Petroleum Gas (LPG).
Hal ini tentunya untuk mendukung upaya pemerintah hemat energi dan hemat anggaran pendapatan belanja negara (APBN).
Saat ini, pemakaian LPG memang dianggap seakan-akan lebih murah dari kompor listrik.
Padahal kalau dicermati, harga LPG di pasaran adalah harga dengan subsidi dari APBN.
Harga keekonomian LPG sebelum disubsidi APBN adalah Rp 13.500 per kg, yang kemudian Harga Eceran Tertinggi (HET) LPG subsidi dibanderol Rp 7.000 per kg.
Artinya, pemerintah mengeluarkan anggaran Rp 6.500 untuk subsidi per kg LPG.
“Jadi seakan-akan LPG ini lebih murah dari kompor listrik. Padahal ini membebani APBN. Ada komponen subsidi dari APBN sekitar Rp 6.500,” ujar Darmawan Prasodjo, selaku Direktur Utama PLN, dalam keterangan resminya.
Menanggapi program ini, Fajriyah Usman, selaku VP corporate communication Pertamina Persero mengungkapkan pihaknya masih tetap fokus menjalalankan tugasnya untuk menjaga ketersediaan stok LPG.
“Pertamina fokus menjalankan bisnis eksisting termasuk penugasan Pemerintah untuk penyediaan dan distribusi LPG subsidi,” ujar Fajriyah saat dihubungi Poskota, Kamis (17/2/2022).
Ia juga menegaskan, jika di awal tahun 2022 ini stok ketersediaan gas LPG masih aman sampai bulan Ramadhan.
“Pertamina memastikan stock LPG aman dan mencukupi baik untuk saat ini maupun Ramadhan,” tambahnya.
Ini berarti program konversi kompor LPG ke kompor induksi memang masih tahap sosialisasi dan dari PLN juga memastikan pasokan listrik di seluruh sistem kelistrikan dalam kondisi cukup.
Hingga satu setengah tahun ke depan, PLN mempunyai cadangan daya hingga 7 gigawatt (GW).
“Dengan program ini, akan ada peningkatan kebutuhan listrik. Proyeksi kami, serapan listrik akan meningkat hingga 13 GW. Ini akan meningkatkan kondisi perusahaan dan keuangan negara tentunya,” ujar Darmawan.
PLN menilai, konversi ke kompor induksi ini juga akan menjadi pintu masuk kemandirian energi, dari yang sebelumnya impor menjadi pemanfaatan listrik yang bersumber energi domestik.
“Ini agenda bersama. Kita gotong royong untuk menuju kedaulatan energi di Indonesia. Apalagi sumber energi domestik kita sekarang melimpah dan dapat dimanfaatkan,” jelas Darmawan.
“Subsidi yang selama ini digunakan untuk membiayai LPG, ke depan dapat dimanfaatkan untuk program yang lebih berdampak untuk masyarakat. Seperti pendidikan, infrastruktur, air bersih, dan sebagainya,” pungkas Dirut PLN ini.