Mengingat pembelian ini jumlahnya banyak, anggota Komisi I DPR itu berharap transfer teknologi ini direncanakan dengan baik, rinci, dan matang, jangan asal-asalan.
Bahkan, Sukamta melanjutkan, seharusnya ada sebagian pesawat tempur nantinya yang bisa diproduksi di Indonesia.
Kita sudah memiliki PT Dirgantara Indonesia (sebelumnya IPTN) yang sudah dilibatkan dalam kerjasama dalam pembuatan KIX/ KFX. Ini menjadi modal awal yang bagus.
Jika ada sebagian dari batch pesanan itu yang dibuat di PT DI, tentu akan menjadi lompatan luar biasa dalam akuisisi teknologi pesawat tempur.
"Semoga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto memasukkan strategi tersebut dalam kerjasama jual-beli pesawat dan lainnya tersebut," kata Sukamta.
Soal rencana pembelian 36 pesawat tempur F-15 dari AS Amerika Serikat senilai USD 14 Miliar atau sekitar Rp200 triliun, anggota Komisi I DPR itu kembali mengingatkan pentingnya keberpihakannya memajukan industri pertahanan dalam negeri, alih teknologi harus dibicarakan matang. Saat ini, rencana tersebut masih dalam tahap negosiasi.
"Karena itu, penting sekali lagi kami tekankan pemerintah harus serius dalam keberpihakannya memajukan industri pertahanan dalam negeri," katanya.
Anggaran sebesar itu bisa untuk menstimulus industri pertahanan kita, jangan beli-beli terus orientasinya, itu sama saja menumbuhkan ekonomi bangsa lain.
"Belanja alutsista dengan anggaran besar begini harus matang juga jangan sampai muncul security dilema yang memicu arm race (perlombaan senjata) negara lain," katanya.
"Karena dapat dipastikan pengadaan alutsista dalam jumlah besar akan menimbulkan detterent effect bagi negara-negara lain," tujar Sukamta. (win)