Kopi Pagi

Kemandirian Industri Pertahanan

Kamis 03 Feb 2022, 07:00 WIB

Selain kemandirian industri pertahanan memproduksi persenjataan canggih, untuk memperkuat pertahanan negara, perlu semakin memperkokoh kemanunggalan TNI – Rakyat -  Harmoko
 

Kemandirian! Itulah langkah nyata jika tak ingin selamanya negeri kita tergantung impor. Tak hanya soal pangan, teknologi, juga kemandirian industri pertahanan.

Fakta pun menyebutkan tak ada satupun negara di dunia yang memiliki kekuatan pertahanan handal, tanpa didukung oleh kemandirian industri pertahanan.

Sebut saja Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Prancis, Belanda, Jerman dan Spanyol.

Dari negara tersebutlah di antaranya, selama ini Indonesia mengimpor peralatan militer seperti tank tempur dari Jerman, fregat, korvet dan kapal selam dari Belanda, Inggris dan Jerman.

Pesawat tempur dari Amerika Serikat dan Rusia.

Pesawat latih misalnya dari dari Inggris dan Italia. Pesawat patroli maritim dari Amerika Serikat dan Spanyol.

Keragaman asal semua jenis pesawat inilah yang kemudian mendatangkan masalah, terkait dengan kompatibilitas suku cadang.

Lebih – lebih jika terjadi embargo. Dan , ini sudah pernah menimpa negeri kita.

Mewujudkan kemandirian peralatan pertahanan dengan pemasok semua jenis peralatan militer dari industri dalam negeri, tak perlu  ditunda – tunda lagi, bukan waktunya diperdebatkan lagi.

Begitu pun kemampuan industri pertahanan dalam negeri tidak perlu disangsikan lagi.

PT Pindad dapat menyuplai kebutuhan angkatan darat, PT PAL untuk peralatan militer di laut, sedangkan PT Dirgantara Indonesia untuk persenjataan di udara.

Sudah teruji, PT Pindad mengekspor senapan serbu ke Bangladesh dan Uni Emirat Arab. Juga lapis baja Anoa ke Brunei Darussalam dan Timor Leste.

PT PAL telah mengekspor kapal perang ke Filipina. PT Dirgantara mengekspor pesawat ke-10 negara (Thailand, Brunei, Filipina, Korea Selatan, Vietnam, Malaysia, Uni Emirat Arab, Senegal, Burkina Faso dan Venezuela).

Industri dalam negeri juga mampu memproduksi kapal cepat rudal, kapal patroli lepas pantai, fregat ringan dan kapal amfibi landing platform dock.

Bahkan, di era tahun 1980 – 1990 an, negeri kita telah mengembangkan pesawat CN-235 dan N-250.

Makna yang hendak saya sampaikan adalah industri pertahanan sangat memungkinkan untuk mandiri, mengingat Indonesia memiliki potensi yang sangat besar, baik melimpahnya sumber daya alam yang bagus, juga SDM  berkualitas.

Persoalannya terletak kepada ”political will” pemerintah.

Yang pertama, mengalokasikan dana lebih besar lagi, tak hanya untuk membangun industri, juga mengembangkan riset sehingga mampu memproduksi persenjataan berteknologi canggih yang mampu bersaing di pasar global.

Peningkatan anggaran untuk program modernisasi alat utama sistem pertahanan (Alutsista) menjadi Rp43,26 triliun pada tahun 2022  (dari tahun sebelumnya Rp 32,48 triliun), bisa dipadukan dengan riset dan pengembangan.

Yang kedua, melakukan kerja sama dengan negara yang mengalokasikan dananya sangat besar untuk memperkuat peralatan militernya seperti Korea Selatan dan Turki serta negara lainnya.

Menurut laman “Globalfirepower”, kekuatan militer Korea Selatan di peringkat 6 dunia dari 140 negara yang disurvei tahun 2021. Turki di peringkat 11, sedangkan Indonesia posisi 16.

Yang ketiga, keberpihakan kepada industri pertahanan dalam negeri dengan memberikan jaminan dan kepastian hukum, termasuk akses pasar.

Kemandirian industri pertahanan memang perlu ditopang dana besar, tetapi hendaknya disikapi bahwa belanja pertahanan ini menjadi investasi pertahanan demi mewujudkan pertahanan yang kuat dan hebat.

Dengan kemandirian industri pertahanan, kekuatan militer Indonesia akan semakin diperhitungkan dunia, bisa masuk lima besar militer terkuat di dunia.

Ini bukanlah mimpi, ditambah lagi karena Indonesia memiliki kekuatan militer yang lebih dahsyat lagi, yakni menyatunya TNI bersama rakyat. Bukankah bersama rakyat, TNI kuat. TNI kuat, Indonesia hebat.

Artinya persenjataan modern, canggih harus didukung dengan postur TNI yang hebat dan kuat, menyatunya TNI bersama rakyat seperti dikatakan Pak Harmoko lewat kolom “Kopi Pagi” di media ini.

Lihat juga video “Hujan Deras Sebabkan Kabupaten Lebak Kembali Dikepung Banjir”. (youtube/poskota tv)

Kemanunggalan TNI-Rakyat sebagai wujud pertahanan rakyat semesta, kian relevan dan kontekstual menghadapi karakteristik “perang” di era kekinian.

Ingat! ancaman “perang” bukan hanya dari luar, juga dari dalam.

Koreksi diri diperlukan untuk menangkal ancaman dari dalam.

Pepatah luhur mengajarkan “Ambeg utomo, andhap asor”-  selalu mengutamakan kerendahan hati. “Sekti tanpo aji- aji” - Jadilah berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan.  (Azisoko *)

Tags:
Kemandirian Industri PertahananKopi Pagiindustri pertahanankemandirianpertahanan-negara

Administrator

Reporter

Administrator

Editor